Jumat, 26 April 2013

Laporan Baca

I. Identitas buku 1. Judul: Bidadari-Bidadari Surga 2. Pengarang: Tere-liye 3. Penerbit: Republika 4. Kota terbit: Jakarta 5. Tahun terbit: 2008 6. Cetakan/ edisi ke: VI 7. Ilustrasi sampul a. Sampul depan Sampul depan ini menggunakan dua kombinasi warna. Bagian kiri menggunakan gambar dasar suasana laut yang terkena pancaran mentari pagi dengan hamparan padang rumput yang luas, serta awan yang berwarna biru. Sedangkan, pada bagian kanan menggunakan gambar dasar dengan kombinasi warna merah kecoklat-coklatan dengan gambar kayu yang merupakan bagian dari gubuk. Diatas gambar dasar tersebut tepatnya dibagian kanan, juga terdapat nama pengarang dengan menggunakan warna kuning dibagian dalam dan coklat disisi terluar. Selain itu, dibawah nama pengarang terdapat keterangan tentang pengarang dan judul buku lain yang telah diterbitkan oleh pengarang. Diatas gambar dasar tersebut, tepatnya ditengah-tengah antara bagian kiri dan kanan, terdapat judul buku yang berwarna putih disisi terdalam dan berwarna orange disisi kiri terluar serta biru dibagian kanan terluar. Disudut kiri bawah terdapat nama penerbit dengan menggunakan warna putih. b. Sampul belakang Sampul belakang ini menggunakan gambar dasar suasana laut dengan hamparan padang rumput yang luas. Selain itu, diatas gambar dasar tersebut terdapat berbagai pendapat dari pembaca tentang novel yang berjudul bidadari-bidadari surga ini. Dipojok kanan bawah terdapat alamat e-mail desain cover. II. Identitas pembaca 1. Nama: Devi Kusuma Nur Huda, sebut saja Devi, saya lahir di Bandung, 26 Februari 1994, tepatnya hari sabtu. Saya memiliki hobi olahraga, menyanyi, dan berenang. Tetapi karena kesibukan di hari-hari kuliah, saya jarang melakukan hobi yang membutuhkan aktifitas fisik. 2. Latar keluarga: nama ibu saya Anna Mariana dan nama ayah saya Hasanudin. Sekarang mereka tinggal di tempat yang berbeda karena mereka telah memiliki kehidupan masing-masing. Ibuku tinggal denganku di rumah nenek karena kami belum memiliki rumah sendiri. Begitu pula ayahku masih tinggal bersama ibunya meskipun sudah memiliki rumah tangga yang baru, dan tentu saja dua orang adik tiri untukku. Ibuku memutuskan pergi merantau untuk menghidupi kebutuhanku dan ini bukan kali pertama aku ditinggal oleh ibuku tetapi sudah kesekian kalinya.Selain nenek, kakek, aku, dan ibuku, paman, bibi, dan keponakanku pun tinggal disini sehnigga suasana rumah menjadi ramai. 3. Latar baca: a. Lingkungan: di rumah nenek terdapat banyak buku milik paman yang kebanyakan buku tentang syariah Islam, agama, dan buku-buku hasil tulisannya. Namun, saya jarang membacanya karena saya malas jika harus membaca buku yang tebal-tebal dan kurang menarik, sehingga saya hanya membaca bagian yang menarik saja dalam satu buku yang tebal-tebal itu. b. Pengalaman baca: saya jarang membaca jadi saya lupa kapan saya mulai membaca dengan intensitas membaca yang sering. c. Buku yang disukai: saya lebih suka membaca buku tentang kiamat, seks untuk hal yang positif dan menambah pengetahuan, serta buku agama dengan topik-topik tertentu misalnya majalah hidayah (mengisahkan azab-azab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang lalai). d. Buku yang tidak disukai:saya tidak suka buku pegangan kuliah karena saya lebih senang jika mata kuliah tersebut langsung diajarkan oleh dosen terhadap kita. Menurut saya, buku-buku tersebut sulit untuk dimengerti karena menggunakan istilah-istilah yang belum pernah saya dengar atau saya temukan dibuku-buku yang pernah saya baca. III. Aktivitas baca 1. Mulai: saya mulai membaca pada hari Rabu, 5 Oktober 2011, tepatnya setelah shalat maghrib sambil menunggu adzan isya berumandang. Saya selesai membaca pada hari Kamis, 13 Oktober 2011 sebelum melaksanakan shalat dhuhur di Al-Furqon. Saya selesai pada hari kamis karena pada hari Sabtu, 8 Oktober 2011 saya tidak membaca. Karena pada hari sabtu saya mengikuti kegiatan PAB di Situ Lembang dan selesai pada minggu sore. 2. Cara baca: saya membaca buku sambil duduk di atas kasur dan bersandar pada tembok dengan bantal-bantal yang menghalangi punggung. Atau juga sambil duduk di atas sajadah setelah shalat maghrib. 3. Intensitas baca: dalam satu hari saya tidak tentu membacanya, karena saya hanya membaca jika ada tugas. 4. Cara memahami makna: jika terdapat kata-kata yang kurang dimengerti saya selalu mengulang bacaan hingga dua atau tiga kali. IV. Hasil baca Suatu hari di Lembah Lahambay terdapat sebuah keluarga yang terdiri dari Mamak Lainuri, Kak Laisa, Dalimunte, Wibisana, Ikanuri, dan Yashinta. Mamak Lainuri adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh Babak karena Babak diterkam oleh penguasa Gunung Kendeng yaitu seekor harimau. Zaman dahulu manusia dan harimau hidup dengan damai, tetapi setelah ada manusia yang datang dari provinsi ke hutan dengan membawa senapan dan membunuh seekor harimau, kehidupan antara harimau dan manusia di Lembah Lahambay menjadi kacau karena penguasa Gunung Kendeng ingin meminta nyawa dibalas dengan nyawa. Dan Babak merupakan salah seorang korbannya. Kak Laisa adalah putri sulung Mamak Lainuri, sebenarnya Laisa bukanlah anak kandung dari Mamak. Karena sebelum menikah dengan Babak, Mamak menikah dengan seorang pria dari kampung atas yang sudah memliki anak. Pada saat itu istri dari pria tersebut sudah meninggal akibat kelakuan kasarnya. Pria tersebut menikah dengan Mamak Lainuri karena ingin menguras harta Mamak, karena Mamak merupakan salah satu orang kaya di lembah. Hal yang serupa dialami oleh Mamak, Mamak mendapatkan perlakuan yang kasar dari suami pertamanya dan setelah Mamak jatuh miskin akibat ulahnya yang selalu mabuk-mabukan dan judi, Mamak ditinggal pergi olehya. Disisi lain, Laisa yang masih bayi tidak dibawa pergi oleh ayahnya, Laisa dibiarkan tenggelam di baskom oleh ayahnya, tetapi karena Mamak begitu menyayangi Laisa maka Mamak menolongnya dan menganggapnya sebagai anak kandungnya. Akibat dari tenggelam di baskom, tubuh Laisa tidak dapat tumbuh dengan normal. Dalimunte adalah putra sulung hasil hubungan antara Mamak dengan Babak. Wibisana adalah putra kedua dari Mamak dengan Babak. Ikanuri adalah putra ketiga dari Mamak dengan Babak. Dan ditutup dengan Yashinta sebelum Babak meninggal. Dalimunte tumbuh menjadi anak yang pintar dan menjadi profesor fisika di kabupaten karena hobinya sejak dahulu merakit sesuatu yang baru misalnya lima kincir air hasil rancangan Dalimunte yang dibuat bersama-sama oleh warga Lembah di cadas setinggi lima meter sebagai sumber irigasi bagi perkebunan mereka . Wibisana dan Ikanuri menjadi pengusaha yang sukses dengan bengkel yang bermodal awal dari Kak Laisa, karena sejak kecil hobi mereka adalah mengutak-atik mesin. Yashinta tumbuh menjadi gadis yang cantik dan menjadi seseorang yang selalu mengurusi konservasi alam, karena sejak kecil hobinya peduli terhadap alam. Satu persatu dari kelima bersaudara tersebut menikah, yang pertama adalah Dalimunte meskipun sebenarnya tidak enak jika melewati Kak Laisa untuk menikah, karena kebiasaan warga lembah yang apabila seorang adik mendahului seorang kakak menikah maka merupakan aib bagi kakak tersebut. Namun, Kak Laisa tidak pernah memperdulikan apa kata tetangga. Kemudian disusul oleh Wibisana dan Ikanuri, hal yang sama pun dirasakan oleh mereka, tetapi Kak Laisa tetap tidak perduli pembicaraan tetangga terhadapnya. Yashinta adalah putri bungsu dari Mamak Lainuri, Yashinta tidak pernah berani untuk menikah sebelum Kak Laisa menikah meskipun sudah ada pria yang melamarnya tetapi dia menolaknya karena Yashinta begitu menghormati Kak Laisa. Sepuluh tahun sudah, kanker paru-paru yang diderita oleh Kak Laisa cukup sudah, akhirnya penyakit yang selama ini disembunyikan dari adik-adiknya terbongkar semua saat Kak Laisa memasuki kanker paru-paru stadium empat, dan saat waktu Kak Laisa tidak lama lagi, Kak Laisa meminta Yashinta menikah dengan pria yang melamarnya dahulu sebagai permintaan terakhir. Saat pernikahan berlangsung dan Mamak sedang mengucapkan selamat kepada Yashinta atas pernikahannya, Kak Laisa yang terbaring lemah ditempat tidur dengan infus dan selang pernapasan serta monitor pengontrol jantung tiba-tiba berhenti dan Kak Laisa pun menghembuskan nafas terakhirnya dan doa terakhirnya yang berbunyi “Ya allah jadikanlah hamba dari salah seorang bidadari-badadari surga itu.” Karena sampai Kak Laisa menghembuskan nafas terkhirnya, dia tidak menikah karena acara perjodohannya selalu saja gagal. Dan yang terpenting bagi Kak Laisa adalah kebahagian adik-adiknya sehingga ia rela berkorban apapun demi adik-adiknya termasuk kehidupan dan perasaannya. V. Tanggapan 1. Bahasa: bahasa yang digunakan dalam novel ini mudah untuk diserap. 2. Sastra: dilihat dari tulisan dan percakapan yang terdapat didalamnya, novel ini mengandung sastra karena menggunakan bahasa baku bukan bahasa gaul atau bahasa sehari-sehari seperti pada novel teenlith atau ceeklith. 3. Rekomendasi: sebaiknya mahasisiwa tingkat satu membaca novel ini karena mengandung nilai kehidupan yang tinggi dan bahasanya pun mudah dimengerti. BIDADARI-BIDADARI SURGA LAPORAN BACA disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Membaca dari dosen Drs. Encep Kusumah, M.Pd oleh 1102375 Devi Kusuma Nur Huda DIK 1A JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar