Jumat, 26 April 2013

Puisi Sederhanaku

CERPEN DAN PUISI LAPORAN diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pembelajaran Berbicara dosen pengampu: Isah Cahyani, Dr., M. Pd. oleh: Devi Kusuma Nur Huda NIM: 1102375 kelas: Dik 2A JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2012 Kategori : Cerpen Tragedi 18 Tahun Genap sudah usiaku 18 tahun. Hati yang berbunga menyambut hari yang bahagia yaitu hari ulang tahunku. Sinar mentari diam-diam menyelinap lewat celah-celah jendela, kicau burung ikut meramaikan suasana pagi yang indah, dan angin pagi mencoba membukakan tirai untuk membangunkanku dari tidur panjangku. Aku belum menyerah, aku masih ingin melanjutkan mimpi indahku dan membayangkan kejutan apa saja yang akan ku dapatkan ketika hari ulang tahunku tiba, dalam impianku. “ayo tiup lilinnya sayang...terus kamu buat permintaan ya....”, ujar ibuku. “baik bu”, ujarku, dalam hati ku berdoa “aku harap ibu selalu ada di sampingku dan kekasihku tidak akan pernah meninggalkanku,aamiin.” Tiba-tiba Ferdana, kekasihku, menghampiriku dan berkata “ini untukmu sayang....” Sebuah hadiah yang sangat ku nantikan, belum sempat ku membukanya tiba-tiba jam wekerku berbunyi dan menunjukkan pukul 09.00, aku segera bangun dan bergegas untuk mandi karena perkuliahan akan dimulai pukul 10.00. Setelah selesai, aku menuju meja makan untuk sarapan dengan harapan akan ada masakan spesial di hari ulang tahunku, kue dan lilin yang berangka 18 yang disiapkan oleh ibuku. Ketika di meja makan, hatiku begitu kecewa, tak ada masakan spesial, kue, atau lilin berangkakan 18, bahkan susu dan roti pun tak ada. Aku mencoba memanggil dan mencari ibu di setiap ruangan, termasuk kamarnya. Tetapi, ibu tidak ada juga. Lalu, ku putuskan untuk membuat makanan sendiri di dapur. Ku buka setiap lemari di dapur dan kulkas untuk mencari bahan makanan, tak ada yang dapat kutemukan disana, mungkin ibu sedang keluar untuk membeli bahan makanan , untuk mempersiapkan kejutan ulang tahunku ketika aku pulang dari kampus nanti, pikirku dengan penuh harap. Waktu menunjukkan pukul 09.30, aku bergegas pergi ke kampus dengan menggunakan motor matic favoritku. Meskipun perut terasa lapar tetapi rasa lapar itu akan terbalas setelah aku pulang dari kampus nanti, karena akan ada kejutan yang disiapkan oleh ibuku nanti, masih dengan pikiran positifku. Hatiku begitu bahagia dan tak sabar menunggu waktu itu tiba. Jalanan seperti biasa macet, sehingga aku harus mengeluaran jurus-jurus F1 ku di jalanan,hhe sedikit narsis, gini-gini juga aku pernah menang dalam balapan motor jalanan dengan teman-teman segengku. Srettt...ban motor maticku sudah memasuki daerah parkir. “hai...vista...” sapa kawan-kawan terhadapku. “hai juga...” jawabku sambil melepaskan helm, sarung tangan, dan jaket. “buru-buru amat!” ujar kawanku. “iya nih, aku duluan ya soalnya udah telat, dosennya kiler,hhe” jawabku sambil bercanda. Aku berlarian menuju kelas, setegah mati aku berlari menaiki tangga karena kelasku berada di lantai paling atas yaitu lantai 7 dan lift khusus untuk dosen saja, tujuannya sih katanya biar mahasiswanya gak manja, tapi kalo kepepet sih ya ada aja mahasiswa yang suka naik lift,hhe. Setelah sampai di depan kelas, hatiku mulai lega karena dosennya belum datang. Seperti biasa, aku selalu duduk paling depan karena jika duduk di belakang aku selalu mengantuk. Ferdan, menghampiriku perlahan dan...yang aku harapkan pun akhirnya terjadi juga, sebuah kado spesial dari orang yang spesial di hari ulang tahunku. Belum sempat ku membuka kado itu, dosen matematika datang, sehingga aku harus menunda untuk membuka kado itu. Sebelumnya, Ferdan membisikkan sesuatu ke telingaku “selamat ulang tahun sayang, love you”. Hatiku berbunga mendengarnya, hatiku ibarat handphone yang terisi penuh oleh baterai cinta Ferdan. Perkuliahan berlangsung dengan lancar dan selesai lebih cepat. Selesai kuliah, aku dan Ferdan berpisah karena Ferdan ada acara manggung di Gazibu dan Ferdan akan mengajakku jalan setelah manggungnya selesai. Setelah Ferdan pergi, Adi, teman SMA ku dan kami satu jurusan tetapi berbeda kelas, menghampiriku dan mengajakku ke suatu tempat. Mataku ditutup sampai aku dan Adi tiba di sebuah tempat yang tidak asing bagiku yaitu di kebun belakang kampus. Penutup mataku di buka, penglihatanku masih samar tetapi setelah beberapa detik...wow...its fantastic! sungguh tempat yang romantis, tempat yang dikelilingi oleh bunga-bunga yang bermekaran, balon-balon yang tergeletak begitu saja di rumput untuk menghiasi jalan yang akan kami lewati, kupu-kupu beterbangan, dan rumput yang hijau dengan peralatan piknik seadanya. Di atas rumput hijau itu terdapat sebuah kue ulang tahun yang berangkakan 18 dan bertuliskan selamat ulang tahun vista, kue itu dikelilingi oleh rekahan bunga yang membentuk hati, ku lihat sepucuk surat yang segaja ditempel di pohon, aku menghampiri pohon itu dan membaca isi surat itu. Sungguh...itu adalah surat cinta teromantis yang pernah ku dapatkan, Ferdan saja tidak pernah memberiku kejutan seromantis ini, dia hanya memberiku sebuah kado, selintas dipikiranku. Ku lirik wajah Adi yang mendadak memerah karena tersipu malu. Setelah ku lirik Adi, Adi mendekatiku dan aku pun mulai gugup, Adi mengajakku untuk meniup lilin di kue ulang tahunku dan memintaku untuk meminta sebuah pengharapan. Setelah meniup lilin dan berdoa, Adi memberiku sebuah kado dan berkata “selamat ulang tahun vista, semoga apa yang kamu inginkan dapat tercapai, aku sayang kamu”. Deg...deg...deg...hatiku mendadak berdebar begitu kencang setelah mendengar ucapan Adi. Aku langsung pamit kepada Adi dan berterima kasih atas kejutan manis yang telah disiapkan Adi sebelumnya. Aku bergegas menuju tempat parkir untuk mengambil motor maticku dan kembali pulang. Di tempat parkir aku bertemu dengan Ferdan. dia menyapaku “kamu kenapa sayang?ko mukanya merah gitu?” “engga apa-apa ko sayang, ini cuma kepanasan aja. Ko kamu masih di kampus yang?katanya ada manggung di Gazibu?” jawabku. “di cancel yang” ujar Ferdan. Tak lama setelah itu, Adi menyusulku untuk memberikan tasku karena tasku tertinggal. Ferdan merasa kaget mengapa tasku bisa ada padanya, tanpa pikir panjang aku mengambil tasku dan langsung pergi meninggalkan mereka. Aku lupa akan satu hal, tak sebaiknya aku meninggalkan mereka berdua karena mereka adalah musuh bebuyutan untuk mendapatkanku. Pikiranku melayang entah berantah menuju alam bawah sadarku, tanpa sadar aku mengendarai motor maticku dengan pandangan kosong dan brakkk...tak sengaja aku menabrak samping motor orang lain ketika pemberhentian di lampu merah, untung saja orang itu baik, sehingga aku bisa lolos dari jeratan hukum. Hatiku mulai tertuju pada ibu, karena sampai sekarang ibu tidak memberikanku kabar. Dengan secepat kilat aku menaikkan kecepatan motor maticku menjadi 80 km/jam dan menuju rumah. Srettt...motor maticku sampai di depan rumah, rumah masih tampak terlihat sepi tetapi aku tetap optimis bahwa ibu sudah menungguku di rumah. Krekkk...pintu rumah mulai ku buka dan aku berlari ke dalam untuk melihat ibu apakah ibu sudah ada di rumah atau belum. Ku lihat jam di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 tetapi ibu belum juga pulang, aku mencoba menelepon ibu tetapi tidak ada jawaban. Jam terus berdetak seperti mengiringi detak jantungku yang semakin gundah hingga akhirnya menunjukkan pukul 18.00 hatiku semakin resah karena tak biasanya ibu pulang sesore ini. Pukul 18.05 ponselku berdering. Dengan segera ku ambil ponsel itu dan ada pesan dari ibu. Secepatnya ku buka pesan dari ibu yang isinya “nak, jemput ibu di taman dekat rumah ya, ibu kecapean bawa barang-barang dan bahan makanan nih” Ku balas pesan ibu “ya bu, vista segera kesana, tunggu ya bu jangan kemana-mana vista cemas cariin ibu dari tadi” Karena tak ingin membuat ibu menunggu lama, aku segera menyalakan motor, sebelum berangkat, ponselku berdering kembali dan ada pesan dari kawanku mengabarkan bahwa Ferdan dan Adi akan balapan motor pukul 22.00 malam nanti dan yang menang akan mendapatkan aku, membaca pesan itu pikiranku kembali gelisah, tetapi tidak menyurutkan niatku untuk menjemput ibu di taman, ku fokuskan pikiranku untuk menjemput ibu. Srettt...aku tiba di taman dalam waktu 10 menit. Setiba di taman, aku melihat 18 lilin yang dinyalakan di sekitar taman yang membentuk angka 18 dengan masakan spesial, kue, dan lilin berangkakan 18, untuk menuju tempat itu aku harus menyebrang dan melewati jalan setapak yang sudah dihiasi lilin. Setelah ku berjalan tujuh langkah, aku melihat ibu yang berdiri sambil membuka tangannya untuk memberikan pelukan hangatnya untukku, aku mulai berlari tanpa menengok kiri kanan jalan sehingga tanpa sengaja aku tertabrak motor dan terseret sejuh 3 meter. Terbayang wajah ibu yang menyaksikan anaknya menjadi korban tabrak lari di hari ulang tahunnya yang ke 18. Dengan segera ibu membawaku ke rumah sakit. Aku masuk ke ruangan IGD karena aku kehilangan banyak sekali darah. Aku diberikan pertolongan dengan cepat oleh dokter. Pengobatan terus berjalan satu jam lamanya. Mendengar kabar tersebut Ferdan dan Adi langsung bergegas ke rumah sakit untuk menjengukku dan menggagalkan aksi balapan motor mereka. Setelah satu jam lamanya aku tersadar dari pingsanku, ku lihat selang oksigen di hidungku, alat infus, dan kantung darah yang dialirkan padaku, lantas aku meminta dokter untuk memanggil ibu. Ibuku masuk ke ruangan IGD dan berkata “sayang...kamu ga apa-apa kan? ayo sayang jangan lemes gini kamu harus kuat, kan ibu udah siapin pesta kejutan ulang tahun buat kamu, jadi kamu harus cepet sembuh ya”. Tak tega ku lihat ibu menangis dihadapanku, aku pun ikut menitikkan air mata dan berkata “ibu...ibu jangan nangis, vista baik-baik aja ko, udah ibu jangan nangis lagi”. Krekkk...ketika itu juga Ferdan dan Adi memasuki ruangan tempat aku dirawat. Hatiku senang campur sebal karena mereka akan melakukan balapan motor hanya demi mendapatkan aku, tetapi aku coba untuk mengendalikan emosiku karena semakin aku emosi kepalaku semakin pusing. “Ferdan, Adi boleh aku minta satu permintaan pada kalian?” tanyaku. “tentu saja, kamu mau minta apa?” jawab Ferdan dan Adi dengan serentak. “kalau aku ga ada tolong jagain ibu aku ya, jangan pernah biarin ibu aku sendiri”, ujarku denga suara parau. “iya tenang aja yang kami pasti jagain ibu kamu ko, yang penting sekarang kamu sembuh dulu ya”, jawab Ferdan. “satu lagi, kalian harus akur kalau aku ga ada ya”, ujarku lagi. “mulai sekarang kami akan selalu akur, kamu jangan khawatir kamu fokus dulu aja sama kesembuhan kamu”, jawab Adi. “ibu makasih ya udah mau siapin kejutan di ulang tahun vista yang ke 18, makasih ibu, maafin vista kalau vista punya salah” ujarku dengan suara yang sangat parau. Ku lihat wajah ibu yang mulai cemas karena suaraku mulai tak terdengar lagi olehnya. Saat itu ku lihat dua cahaya terang yang mengajakku untuk keluar dari tubuhku. Ku coba untuk mengelak demi ibu namun aku tak sanggup untuk melakukan hal itu, maka seketika itu juga ku tutup mataku untuk selama-lamanya. Jeritan ibu yang memanggilku adalah kata terakhir yang ku dengar saat aku mulai meninggalkan tubuhku dan ku lihat ibu beserta Ferdan dan Adi menangis disamping ragaku. Sementara aku pergi bersama dua cahaya itu. Kategori : Cerpen Cintaku Bagai Langit dan Bumi Karya: Devi Kusuma Nur Huda Pagi yang cerah untuk siswa SMA Kartini melakukan foto kelas,tepatnya tanggal 24 September 2010. Murid-murid sangat berantusias untuk melakukan foto kelas, tetapi, seorang siswi yang bernama Vivie tidak mengikuti foto kelas itu. “Hai Guys, sorry nih gue gak bisa ikut foto, ada acara lain, sorry ya.” Begitu bunyi pesan singkat yang Vivie kirimkan kepada salah seorang temannya. Itu semua bohong, Vivie hanya mencari-cari alasan saja, nyatanya Vivie hanya diam di rumah menonton TV, makan, dan bermalas-malasan,tak ada kerjaan yang lebih bermanfaat untuk dia kerjakan. Sore hari tiba, Ketika vivie sedang mencharge ponsel di kamarnya ,tidak disangka-sangka dia mendapatkan pesan dari seorang pria, ,Adi, begitulah tulisan yang tertera pada kontak ponselnya. Dialah pria yang kali pertama menyatakan cinta padanya ketika SMP dulu. Adi begitu perhatian kepada Vivie mulai dari memberikan kado ulang tahun, berkunjung ke rumah Vivie dan membantu mengerjakan tugas yang tidak bisa dilakukan oleh Vivie. Hingga suatu saat Adi pun memberanikan diri untuk menyatakan cinta kepada Vivie melalui sepucuk surat yang beramplopkan merah muda dengan gambar-gambar love didalamnya. “Vie, sebenarnya gue udah lama nyimpen rasa sama loe, sejak kelas 7 dulu...gue selalu perhatiin loe, loe tuh menarik Vie, loe mau gak jadi cewe gue?” itulah isi surat yang Adi berikan kepada Vivie. “Sorry di gue belum mau pacaran dulu, gue pengen fokus belajar, untuk raih cita-cita gue, sorry banget ya.” Begitulah balasan Vivie terhadap surat yang diberikan Adi. Belum genap satu bulan, setiap Vivie melihat Adi berdekatan dengan teman wanita Vivie, Vivie selalu cemburu dan...Vivie begitu cemburu ketika mendengar Adi menjalin hubungan dengan teman wanita Vivie, Sari. Sari adalah teman dekat Vivie dan dia gadis yang cantik, tenar, dan berbeda dengan Vivie. Padahal saat yang bersamaan Vivie sedang membuka hatinya untuk Adi, tetapi tidak disangka Adi begitu mudah melupakan Vivie, itulah pemikiran Vivie pada saat itu. Kecewa, marah, dan enggan untuk melihat batang hidungnya lagi. Sore itu adalah sore yang indah untuk Vivie karena untuk kali kedua Adi menyatakan cintanya kepada Vivie. “Vie udah dua tahun kita pisah, tapi rasa gue sama loe gak pernah berubah, meskipun banyak godaan datang tapi hati gue itu selalu buat loe Vie, suerrr deh, ga bohong. Jadi...mau gak loe jadi pacar gue? Sepi banget Vie hidup gue tanpa Loe ?” Itulah pesan singkat yang dikirmkan Adi kepada Vivie. “Ya, gue mau di.” Itulah balasan yang hendak Vivie kirimkan kepada Adi, tetapi belum sempat dia menekan tombol kirim, terlintas dipikiran Vivie tentang masa lalunya yang kelam. Vivie bingung dan berbagai energi positif serta negatif berkecimpung dipikiran Vivie, namun, dengan mantap Vivie menekan tombol kirim itu dengan alasan ingin mencoba menjalin hubungan dengan Adi. Hari demi hari mereka lewati dengan penuh canda dan tawa. Di tengah perjalanan cinta mereka, hadirlah seorang pria, teman sekelas Vivie, Ferdan. Ferdan selalu bertukar kabar dengan Vivie layaknya Adi kepada Vivie. Hal yang mengejutkan pun terjadi, tiba-tiba Ferdan menyatakan perasannya kepada Vivie disaat Vivie sedang merajut kasih dengan Adi. “Vie, gue mau jujur sama loe, sejak kelas 10 dulu gue sering banget liatin loe, rambut panjang loe dan aura kecantikan loe bikin gue terpikat, loe...mau gak jadi cewe gue?” Itu pesan singkat yang dikirimkan Ferdan kepada Vivie, pesan itu meluncur seperti burung gagak yang bertengger di dahan. Perasaan takut ketahuan Adi dan perasaan resah yang tak berujung membuat perasaan Vivie menjadi tak karuan. Adi yang mengetahui hal itu merasa seperti tersambar kilat yang teramat dahsyat, dan Adi langsung beradu mulut dengan Ferdan lewat pesan singkat dari ponsel Vivie. “Heh...banci berani-beraninya loe nyatain cinta sama cewe gue, loe nantangin gue hah?” singkat Adi kepada Ferdan. Ferdan membalas “sorry gue ga ada maksud gitu sama loe, gue bener-bener ga tau kalo Vivie itu udah punya cowo, tapi gue juga ga bisa bohong klo gue suka sama Vivie.” Hati Adi mulai gerah layak bom yang siap meledak. Tapi, Vivie mencoba untuk menyejukan hati Adi. “Adi...loe tenang aja, hati gue tetep buat loe, ga mungkin gue berpaling dari loe. Gue sayang loe di.” Kata-kata yang cukup ampuh untuk menenangkan hati Adi saat itu. Memang perkataan orang terkasih itu bagai embun pagi yang jatuh menyentuh tanah. Namun, Ferdan tetap bertahan hingga akhirnya Vivie putus pada saat usia hubungan Vivie dengan Adi 4 bulan, sungguh ironis karena mereka putus akibat kesalahpahaman. Waktu terus berjalan. Meskipun Vivie sudah tidak berhubungan dengan Adi tetapi Vivie tetap mengontrol Adi lewat akun facebook. Suatu hari Vivie terkejut ketika melihat status Adi diakun facebook, Adi menjadi berpacaran dengan wanita yang bernama Erly. Padahal Vivie dan Adi baru putus dua bulan yang lalu, tetapi Adi begitu mudahnya melupakan Vivie. Vivie begitu terpukul dan akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Ferdan, tepatnya tanggal 4 Juli 2011, meskipun hati kecil Vivie masih sayang terhadap Adi. Satu bulan berlalu, Vivie masih setengah hati kepada Ferdan. Ferdan mengetahui hal itu dan Ferdan melakukan hal yang tidak senonoh terhadap Vivie yang membuat Vivie memberikan seluruh hatinya kepada Ferdan. Vivie terkejut dan memutuskan untuk tidak menjalin hubungan lagi dengan Ferdan. Tetapi, apalah daya Vivie, dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena jika Vivie memutuskan hubungan dengan Ferdan, itu membuat dirinya mendapatkan julukan wanita murahan, hingga Vivie memutuskan untuk tetap menjalin hubungan dengan Ferdan. Pertemuan demi pertemuan selalu diisi dengan hal yang tidak sepantasnya mereka lakukan, tetapi Vivie tidak bisa berbuat apa-apa karena jika Vivie tidak mau melakukan apa yang diperintahkan oleh Ferdan, maka Ferdan akan nekat untuk bunuh diri. Vivie mencoba untuk bertahan hingga akhir hayatnya karena Ferdan berjanji untuk menikahi Vivie. Satu tahun berlalu, Malam yang indah untuk berselancar di dunia maya, tepatnya akun facebook. Ketika Vivie sedang saling berbalas pesan inbox dengan Ferdan, Vivie menemukan nama seorang wanita di akun facebook Ferdan yang bertama Unex. “Ferdan, Unex itu siapa? Temen loe?” “Bukan siapa-siapa kok Vie, cuma temen doang.” “loe yakin? Ga bohongin gue kan? (Pikir Vivie “temen ko mesra banget?”)” Awalnya Vivie tidak tahu siapa Unex itu, tetapi Vivie mencoba untuk bertanya langsung kepada Unex. “Hai...kenalin gue Vivie, cewenya Ferdan, kalo boleh tau loe ada hubungan apa sama Ferdan?” “Kita Cuma temenan aja ko, ga ada hubungan yang serius, cuma...tiga hari terakhir ini gue cukup deket sama dia, ya...sebut aja hubungan tanpa status atau teman tapi mesra, gue rasa itu cocok buat julukin hubungan gue sama Ferdan.” “Jadi loe suka sama Ferdan?” belum sempat Vivie menekan tombol enter untuk membalas obrolan lewat akun facebook itu Vivie mulai berlinang air mata, Vivie merasa kecewa karena telah dikhianati oleh Ferdan, perasaan Vivie bagaikan bom yang baru saja diledakkan, kemudian Vivie mencoba untuk menahan semua rasa sakitnya itu, dan mulai mengetik balasan kepada Unex. “Ok, gue ngalah, gue ikhlas ngasihin Ferdan sama loe, jaga dia baik-baik, gue harap kalian berjodoh, dan jangan sampai nasib loe sama kaya nasib gue.” Obrolan Vivie dengan Unex berakhir sampai disitu begitu pula hubungan Vivie dengan Ferdan. Walau Ferdan menolak perpisahan dengan Vivie, tetapi Vivie tetap bersikeras untuk memutuskan hubungannya secara sebelah pihak. Setelah berakhirnya hubungan Vivie dengan Ferdan, Vivie memutuskan untuk berhubungan kembali dengan Adi lewat pesan inbox di akun facebook. Kebetulan Adi pada saat itu sedang berstatus lajang. “Vie, gimana hubungan loe sama Ferdan? Lancar?” “Gue sama Ferdan udah putus di, sakit hati gue sama dia, gue dikhianatin, hati gue tuh serasa balon pecah, denger selingkuhan dia ngomong kalo mereka ngejalin hubungan tanpa status.” “Srius loe Vie? Sebenernya...pas gue pacaran sama Erly, itu semua cuma pelarian aja buat ngobatin sakit hati gue gara-gara diputusin loe, gue stres banget Vie, gue ga tau apa yang harus gue lakuin sampe akhirnya gue pacaran sama Erly dan gue tuh serasa jadi babu dia, dia selalu manfaatin gue jadi tukang ojek lah anter sana sini, minta ini itu lah, tapi dia ga pernah ngertiin apa mau gue, sampe akhirnya kita putus. Beda banget sama loe Vie, loe tuh cewe yang paling ngertiin gue, dari dulu sampe sekarang perasaan gue ke loe tetep, malahan nambah, perasaan gue sama loe ga akan pernah ilang Vie meskipun waktu memisahkan kita.” Vivie hanya diam terpaku dengan hati yang berbunga seperti melayang di udara dengan dikelilingi bunga-bunga bermekaran di musim kemarau. Disamping bertukar kabar lewat akun facebook, Adi dan Vivie juga bertukar kabar melalui pesan singkat di ponsel. Ferdan menyesal karena telah menghianati Vivie dan membuat Vivie jatuh hati kembali kepada Adi. Berbagai cara dilakukan oleh Ferdan agar Vivie jatuh hati kembali kepadanya tapi takkan semudah itu perasaan Vivie kembali seperti dulu karena Vivie begitu sakit hati kepadanya. Disamping itu, Adi dan Vivie telah merencanakan untuk pergi bersama ke tempat yang eksotis, tepat disaat Adi berulang tahun, tanggal 3 Agustus, karena itu satu-satunya cara untuk mengetahui perasaan mereka masing-masing. Hari itu adalah hari yang paling menggembirakan untuk mereka karena dapat bertemu untuk kali pertamanya setelah mereka putus hubungan. Pembicaraan singkat saat Adi menjemput Vivie di rumahnya untuk pergi ke tempat yang eksotis itu. “Hai Vie, apa kabar? Loe keliatannya banyak berubah ya.” “Makasih Adi...ga juga ko, gue ya tetep aja gue, ga ada yang berubah sedikit pun dari gue, ya...kecuali umur sih,hhe...Yu kita jalan takutnya keburu siang, kan panas juga dijalannya” Adi dan Vivie bergegas untuk pergi ke tempat yang eksotis yang terletak di daerah Lembang yaitu Tangkuban Parahu. Sebuah tempat yang cukup panas ketika mereka berkunjung ke sana. Tempat itu tterdiri dari tiga kawah dengan asap yang mengepul dari salah satu kawah yang paling besar, kawah ratu, sehingga kami dapat mencium bau belerang yang cukup menyengat. Tidak lupa kami mengabadikannya dalam album kenangan. Walau hanya pertemuan singkat tetapi begitu mengesankan bagi Vivie, berjumpa dengan Adi kesenangan yang takkan pernah terganti, kenangan bersama Adi akan Vivie jaga layaknya intan permata yang takkan tergores sedikit pun. Sampai saat ini, Vivie masih berhubungan dan bertemu dengan Adi, tetapi mereka tidak bisa saling memiliki satu sama lain karena Vivie dipaksa oleh Ferdan untuk kembali padanya dengan alasan Ferdan tidak ingin jika hubungan mereka kandas di tengah jalan. Di samping rumah Vivie, Ferdan dan Vivie berbicara empat mata. “Vie, gue minta maaf, gue khilaf kemarin, sungguh dari hati yang terdalam cintaku hanya padamu Vie, sumpah, maafin gue ya? Gue udah putus ko sama Unex satu hari setelah loe putusin gue, gue hampa Vie, hampa tanpa loe, loe tuh hidup mati gue, gue sayang banget sama loe Vie, Kalo loe ga mau maafin gue, gue bakalan bunuh diri pake silet yang emang udah gue siapin dari rumah, karena jika gue mati gue mau loe liat kematian gue di depan mata loe.” “Apaan sih loe ngancem-ngancem gue aja bisanya, loe mau mati, mati aja, ga peduli gue, pergi loe sana jangan bikin bangke disini.” “Vie...gue serius...gue mohon loe maafin gue ya? (Ferdan berlutut dihadapan Vivie dan mulai menggoreskan silet itu ke tangannya, tetapi Vivie tidak tega melihatnya maka Vivie pun memutuskan untuk menerima Ferdan kembali dan melupakan impiannya untuk bisa bersama dengan Adi).” Dalam hati Vivie berkata “selamat tinggal Adi, maafin gue ga bisa balik lagi sama loe, mungkin cinta kita ibarat langit dan bumi yang ga pernah bisa bersatu. (Vivie sedih dan meneteskan air mata).” “Ferdan cukup, bangun (Vivie memegang pundak Ferdan dan membantu Ferdan untuk berdiri), gue terima loe lagi, sini gue obatin luka loe, yuk kita masuk ke rumah gue dulu (ivie memapah Ferda masuk ke dalam rumah).” Kategori : Puisi Kesepian Karya: Devi Kusuma Nur Huda Pohon menanti hembusan angin agar tahu kabarmu Karang menanti hempasan ombak agar tahu perasaanmu Laut menanti surat kaleng berisi pesanmu Burung berkicau jika kau mendua Hujan menangis jika kau terluka Langit murka jika kau celaka Teringat memori tentang asa Membuka hati tentang rasa, dan Bergetarlah rindu ini Cintaku dirundung kecemasan Sayangku dirundung kegundahan, dan Rinduku dirundung kesepian Aku Padamu Karya: Devi Kusuma Nur Huda Takpernah ku rasakan hati yang kelam Sorot matamu selalu menerangi hatiku Takpernah ku rasakan sunyi dalam keheningan malam Ragamu selalu temani ragaku Indah cintamu selalu melantunkan syair cinta untukku Lembut sayangmu selalu memberikan tanda padaku Manis senyummu selalu mendeburkan hati dan perasaanku Tajam matamu seolah membersitkan kata-kata manja padaku RIWAYAT HIDUP Devi Kusuma Nur Huda dilahirkan di Bandung pada tanggal 26 Februari 1994. Pendidikan yang pernah dijalani adalah SDN Cibeureum XI (1999-2005), SMPN 41 Bandung (2005-2008), dan SMAN 13 Bandung (2008-2011). Pada tahun 2011, ia melanjutkan studi di UPI Bandung pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk mencapai gelar S1. Riwayat organisasi adalah paduan suara Gita Perdana (SMPN 41 Bandung), basket (SMAN 13 Bandung), HIMA SATRASIA (FPBS UPI), Divisi An-Nisa KALAM UPI, dan KSR PMI Unit UPI. Saat ini ia tinggal di Jalan Babakan Cibeureum 158 RT 06/RW 01, Kelurahan Campaka, Kecamatan Andir, 40184, Bandung, Jawa Barat.

Analisis Novel Negeri Lima Menara

Nama : Devi Kusuma Nur Huda NIM : 1102375 Kelas : Dik 2A Tugas: Analisis Unsur Intrinsik Film Negeri 5 Menara 1. Tema: Pendidikan 2. Plot/alur: Maju, karena dalam film negeri lima menara ini, rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian, tanpa ada kilas balik masa lalu tokoh. 3. Tokoh dan Penokohan: a. Alif: protagonis. Alif digambarkan sebagai sosok generasi muda yang sedikit keras kepala, pandai, berbakat, penurut, tidak kenal menyerah, setia kawan. b. Amak : protagonis. Amak digambarkan sebagai orang yang suka memaksakan kehendak, religius, peduli terhadap generasi yang akan datang dengan bernafaskan islami. c. Ayah: protagonis. Ayah digambarkan sebagai orang yang penyabar, perhatian, penyayang, religius, ramah. d. Raja: protagonis. Raja digambarkan sebagai anak yang baik, pasrah, berani, mudah marah, setia kawan. e. Dulmajid: protagonis. Dulmajid digambarkan sebagai anak yang baik, setia kawan. f. Ustad Salman: protagonis. Ustad Salman digambarkan sebagai guru yang baik hati, murah senyum, suka menolong kepada murid-muridnya, perhatian. g. Baso: protagonis. Baso digambarkan sebagai anak yang rajin, tidak kenal menyerah, berprestasi, religius, berbakti kepada orang tua, setia kawan. h. Said: protagonis. Said digambarkan sebagai anak yang paling dewasa, bijaksana, setia kawan. i. Atang: protagonis. Atang digambarkan sebagai anak yang ramah, perhatian, setia kawan. j. Kiai Amin Rais : protagonis. Kiai Rais digambarkan sebagai orang yang murah hati, perhatian, bijaksana, hemat. k. Kak Iskandar Matrufi : protagonis. Kak Iskandar Matrufi digambarkan sebagai orang yang baik hati. l. Rajab Sujai / Tyson : protagonis. Rajab Sujai digambarkan sebagai orang yang tegas, menyebalkan, jutek. m. Ustadz Torik : protagonis. Ustadz Torik digambarkan sebagai orang yang baik hati, padai bermain badminton, mudah dirayu. n. Raymond Jeffry / Randai : protagonis. Randai digambarkan sebagai orang yang perhatian, periang, pintar, sedikit sombong. o. Sarah: protagonis. Sarah digambarkan sebagai orang yang murah senyum, baik hati, ramah. 4. Latar: a. Latar tempat: di rumah, di kamar, Danau Maninjau, di bus, Pondok Madani, di kelas, di gedung, di masjid, di asrama, di bawah menara masjid, di aula, di panggung, Bandung, dan di London, Inggris. b. Latar waktu: pagi hari, siang hari, malam hari, sore hari, shubuh. c. Latar sosial: keluarga yang religius, masyarakat minang, anggota pondok madani yang religius. 5. Amanat: Jangan mudah putus asa dan bulatkanlah tekad. Karena apabila sesuatu dikerjakan secara sungguh-sungguh, maka akan menghasilkan sesuatu yang memuaskan. 6. Kelebihan: film ini mengajarkan kepada penonton agar menutut ilmu agama disamping ilmu umum karena sesuatu yang berlandaskan agama, maka akan menghasilkan kemaslahatan yang tidak dapat diduga oleh manusia. 7. Kelemahan: film ini tidak disusun berdasarkan kronologis kejadian yang sedetail-detailnya, karena setelah melakukan pementasan kesenian di Pondok Madani dan pada saat itu sahibul menara masih berusia sangat belia, film ini langsung melonjak beberapa tahun ke depan saat usia sahibul menara sudah dewasa dan sukses, sehingga penonton tidak mengetahui apa saja yang terjadi setelah pementasan kesenian di Pondok Madani itu. 8. Pelajaran yang dapat dipetik: melakukan suatu pekerjaan dengan sungguh-sungguh jangan setengah-setengah karena apabila segala aktivitas kita lakukan dengan sungguh-sungguh maka kita akan berhasil.

Cerpenku

Nama : Devi Kusuma Nur Huda NIM : 1102375 Kelas : Dik 2A Tragedi 18 Tahun Karya: Devi Kusuma Nur Huda Genap sudah usiaku 18 tahun. Hati yang berbunga menyambut hari yang bahagia yaitu hari ulang tahunku. Sinar mentari diam-diam menyelinap lewat celah-celah jendela, kicau burung ikut meramaikan suasana pagi yang indah, dan angin pagi mencoba membukakan tirai untuk membangunkanku dari tidur panjangku. Aku belum menyerah, aku masih ingin melanjutkan mimpi indahku dan membayangkan kejutan apa saja yang akan ku dapatkan ketika hari ulang tahunku tiba, dalam impianku. “ayo tiup lilinnya sayang...terus kamu buat permintaan ya....”, ujar ibuku. “baik bu”, ujarku, dalam hati ku berdoa “aku harap ibu selalu ada di sampingku dan kekasihku tidak akan pernah meninggalkanku,aamiin.” Tiba-tiba Ferdana, kekasihku, menghampiriku dan berkata “ini untukmu sayang....” Sebuah hadiah yang sangat ku nantikan, belum sempat ku membukanya tiba-tiba jam wekerku berbunyi dan menunjukkan pukul 09.00, aku segera bangun dan bergegas untuk mandi karena perkuliahan akan dimulai pukul 10.00. Setelah selesai, aku menuju meja makan untuk sarapan dengan harapan akan ada masakan spesial di hari ulang tahunku, kue dan lilin yang berangka 18 yang disiapkan oleh ibuku. Ketika di meja makan, hatiku begitu kecewa, tak ada masakan spesial, kue, atau lilin berangkakan 18, bahkan susu dan roti pun tak ada. Aku mencoba memanggil dan mencari ibu di setiap ruangan, termasuk kamarnya. Tetapi, ibu tidak ada juga. Lalu, ku putuskan untuk membuat makanan sendiri di dapur. Ku buka setiap lemari di dapur dan kulkas untuk mencari bahan makanan, tak ada yang dapat kutemukan disana, mungkin ibu sedang keluar untuk membeli bahan makanan , untuk mempersiapkan kejutan ulang tahunku ketika aku pulang dari kampus nanti, pikirku dengan penuh harap. Waktu menunjukkan pukul 09.30, aku bergegas pergi ke kampus dengan menggunakan motor matic favoritku. Meskipun perut terasa lapar tetapi rasa lapar itu akan terbalas setelah aku pulang dari kampus nanti, karena akan ada kejutan yang disiapkan oleh ibuku nanti, masih dengan pikiran positifku. Hatiku begitu bahagia dan tak sabar menunggu waktu itu tiba. Jalanan seperti biasa macet, sehingga aku harus mengeluaran jurus-jurus F1 ku di jalanan,hhe sedikit narsis, gini-gini juga aku pernah menang dalam balapan motor jalanan dengan teman-teman segengku. Srettt...ban motor maticku sudah memasuki daerah parkir. “hai...vista...” sapa kawan-kawan terhadapku. “hai juga...” jawabku sambil melepaskan helm, sarung tangan, dan jaket. “buru-buru amat!” ujar kawanku. “iya nih, aku duluan ya soalnya udah telat, dosennya kiler,hhe” jawabku sambil bercanda. Aku berlarian menuju kelas, setegah mati aku berlari menaiki tangga karena kelasku berada di lantai paling atas yaitu lantai 7 dan lift khusus untuk dosen saja, tujuannya sih katanya biar mahasiswanya gak manja, tapi kalo kepepet sih ya ada aja mahasiswa yang suka naik lift,hhe. Setelah sampai di depan kelas, hatiku mulai lega karena dosennya belum datang. Seperti biasa, aku selalu duduk paling depan karena jika duduk di belakang aku selalu mengantuk. Ferdan, menghampiriku perlahan dan...yang aku harapkan pun akhirnya terjadi juga, sebuah kado spesial dari orang yang spesial di hari ulang tahunku. Belum sempat ku membuka kado itu, dosen matematika datang, sehingga aku harus menunda untuk membuka kado itu. Sebelumnya, Ferdan membisikkan sesuatu ke telingaku “selamat ulang tahun sayang, love you”. Hatiku berbunga mendengarnya, hatiku ibarat handphone yang terisi penuh oleh baterai cinta Ferdan. Perkuliahan berlangsung dengan lancar dan selesai lebih cepat. Selesai kuliah, aku dan Ferdan berpisah karena Ferdan ada acara manggung di Gazibu dan Ferdan akan mengajakku jalan setelah manggungnya selesai. Setelah Ferdan pergi, Adi, teman SMA ku dan kami satu jurusan tetapi berbeda kelas, menghampiriku dan mengajakku ke suatu tempat. Mataku ditutup sampai aku dan Adi tiba di sebuah tempat yang tidak asing bagiku yaitu di kebun belakang kampus. Penutup mataku di buka, penglihatanku masih samar tetapi setelah beberapa detik...wow...its fantastic! sungguh tempat yang romantis, tempat yang dikelilingi oleh bunga-bunga yang bermekaran, balon-balon yang tergeletak begitu saja di rumput untuk menghiasi jalan yang akan kami lewati, kupu-kupu beterbangan, dan rumput yang hijau dengan peralatan piknik seadanya. Di atas rumput hijau itu terdapat sebuah kue ulang tahun yang berangkakan 18 dan bertuliskan selamat ulang tahun vista, kue itu dikelilingi oleh rekahan bunga yang membentuk hati, ku lihat sepucuk surat yang segaja ditempel di pohon, aku menghampiri pohon itu dan membaca isi surat itu. Sungguh...itu adalah surat cinta teromantis yang pernah ku dapatkan, Ferdan saja tidak pernah memberiku kejutan seromantis ini, dia hanya memberiku sebuah kado, selintas dipikiranku. Ku lirik wajah Adi yang mendadak memerah karena tersipu malu. Setelah ku lirik Adi, Adi mendekatiku dan aku pun mulai gugup, Adi mengajakku untuk meniup lilin di kue ulang tahunku dan memintaku untuk meminta sebuah pengharapan. Setelah meniup lilin dan berdoa, Adi memberiku sebuah kado dan berkata “selamat ulang tahun vista, semoga apa yang kamu inginkan dapat tercapai, aku sayang kamu”. Deg...deg...deg...hatiku mendadak berdebar begitu kencang setelah mendengar ucapan Adi. Aku langsung pamit kepada Adi dan berterima kasih atas kejutan manis yang telah disiapkan Adi sebelumnya. Aku bergegas menuju tempat parkir untuk mengambil motor maticku dan kembali pulang. Di tempat parkir aku bertemu dengan Ferdan. dia menyapaku “kamu kenapa sayang?ko mukanya merah gitu?” “engga apa-apa ko sayang, ini cuma kepanasan aja. Ko kamu masih di kampus yang?katanya ada manggung di Gazibu?” jawabku. “di cancel yang” ujar Ferdan. Tak lama setelah itu, Adi menyusulku untuk memberikan tasku karena tasku tertinggal. Ferdan merasa kaget mengapa tasku bisa ada padanya, tanpa pikir panjang aku mengambil tasku dan langsung pergi meninggalkan mereka. Aku lupa akan satu hal, tak sebaiknya aku meninggalkan mereka berdua karena mereka adalah musuh bebuyutan untuk mendapatkanku. Pikiranku melayang entah berantah menuju alam bawah sadarku, tanpa sadar aku mengendarai motor maticku dengan pandangan kosong dan brakkk...tak sengaja aku menabrak samping motor orang lain ketika pemberhentian di lampu merah, untung saja orang itu baik, sehingga aku bisa lolos dari jeratan hukum. Hatiku mulai tertuju pada ibu, karena sampai sekarang ibu tidak memberikanku kabar. Dengan secepat kilat aku menaikkan kecepatan motor maticku menjadi 80 km/jam dan menuju rumah. Srettt...motor maticku sampai di depan rumah, rumah masih tampak terlihat sepi tetapi aku tetap optimis bahwa ibu sudah menungguku di rumah. Krekkk...pintu rumah mulai ku buka dan aku berlari ke dalam untuk melihat ibu apakah ibu sudah ada di rumah atau belum. Ku lihat jam di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 tetapi ibu belum juga pulang, aku mencoba menelepon ibu tetapi tidak ada jawaban. Jam terus berdetak seperti mengiringi detak jantungku yang semakin gundah hingga akhirnya menunjukkan pukul 18.00 hatiku semakin resah karena tak biasanya ibu pulang sesore ini. Pukul 18.05 ponselku berdering. Dengan segera ku ambil ponsel itu dan ada pesan dari ibu. Secepatnya ku buka pesan dari ibu yang isinya “nak, jemput ibu di taman dekat rumah ya, ibu kecapean bawa barang-barang dan bahan makanan nih” Ku balas pesan ibu “ya bu, vista segera kesana, tunggu ya bu jangan kemana-mana vista cemas cariin ibu dari tadi” Karena tak ingin membuat ibu menunggu lama, aku segera menyalakan motor, sebelum berangkat, ponselku berdering kembali dan ada pesan dari kawanku mengabarkan bahwa Ferdan dan Adi akan balapan motor pukul 22.00 malam nanti dan yang menang akan mendapatkan aku, membaca pesan itu pikiranku kembali gelisah, tetapi tidak menyurutkan niatku untuk menjemput ibu di taman, ku fokuskan pikiranku untuk menjemput ibu. Srettt...aku tiba di taman dalam waktu 10 menit. Setiba di taman, aku melihat 18 lilin yang dinyalakan di sekitar taman yang membentuk angka 18 dengan masakan spesial, kue, dan lilin berangkakan 18, untuk menuju tempat itu aku harus menyebrang dan melewati jalan setapak yang sudah dihiasi lilin. Setelah ku berjalan tujuh langkah, aku melihat ibu yang berdiri sambil membuka tangannya untuk memberikan pelukan hangatnya untukku, aku mulai berlari tanpa menengok kiri kanan jalan sehingga tanpa sengaja aku tertabrak motor dan terseret sejuh 3 meter. Terbayang wajah ibu yang menyaksikan anaknya menjadi korban tabrak lari di hari ulang tahunnya yang ke 18. Dengan segera ibu membawaku ke rumah sakit. Aku masuk ke ruangan IGD karena aku kehilangan banyak sekali darah. Aku diberikan pertolongan dengan cepat oleh dokter. Pengobatan terus berjalan satu jam lamanya. Mendengar kabar tersebut Ferdan dan Adi langsung bergegas ke rumah sakit untuk menjengukku dan menggagalkan aksi balapan motor mereka. Setelah satu jam lamanya aku tersadar dari pingsanku, ku lihat selang oksigen di hidungku, alat infus, dan kantung darah yang dialirkan padaku, lantas aku meminta dokter untuk memanggil ibu. Ibuku masuk ke ruangan IGD dan berkata “sayang...kamu ga apa-apa kan? ayo sayang jangan lemes gini kamu harus kuat, kan ibu udah siapin pesta kejutan ulang tahun buat kamu, jadi kamu harus cepet sembuh ya”. Tak tega ku lihat ibu menangis dihadapanku, aku pun ikut menitikkan air mata dan berkata “ibu...ibu jangan nangis, vista baik-baik aja ko, udah ibu jangan nangis lagi”. Krekkk...ketika itu juga Ferdan dan Adi memasuki ruangan tempat aku dirawat. Hatiku senang campur sebal karena mereka akan melakukan balapan motor hanya demi mendapatkan aku, tetapi aku coba untuk mengendalikan emosiku karena semakin aku emosi kepalaku semakin pusing. “Ferdan, Adi boleh aku minta satu permintaan pada kalian?” tanyaku. “tentu saja, kamu mau minta apa?” jawab Ferdan dan Adi dengan serentak. “kalau aku ga ada tolong jagain ibu aku ya, jangan pernah biarin ibu aku sendiri”, ujarku denga suara parau. “iya tenang aja yang kami pasti jagain ibu kamu ko, yang penting sekarang kamu sembuh dulu ya”, jawab Ferdan. “satu lagi, kalian harus akur kalau aku ga ada ya”, ujarku lagi. “mulai sekarang kami akan selalu akur, kamu jangan khawatir kamu fokus dulu aja sama kesembuhan kamu”, jawab Adi. “ibu makasih ya udah mau siapin kejutan di ulang tahun vista yang ke 18, makasih ibu, maafin vista kalau vista punya salah” ujarku dengan suara yang sangat parau. Ku lihat wajah ibu yang mulai cemas karena suaraku mulai tak terdengar lagi olehnya. Saat itu ku lihat dua cahaya terang yang mengajakku untuk keluar dari tubuhku. Ku coba untuk mengelak demi ibu namun aku tak sanggup untuk melakukan hal itu, maka seketika itu juga ku tutup mataku untuk selama-lamanya. Jeritan ibu yang memanggilku adalah kata terakhir yang ku dengar saat aku mulai meninggalkan tubuhku dan ku lihat ibu beserta Ferdan dan Adi menangis disamping ragaku. Sementara aku pergi bersama dua cahaya itu.

Makalah Cerpen Warna Ungu

WARNA UNGU Karya: Ratna Indraswari Ibrahim MAKALAH disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Apresiasi Prosa Fiksi dari dosen Halimah, S.Pd oleh: Devi Kusuma Nur Huda 1102375 Kelas : Dik 2A JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2012 PENDAHULUAN Penulis memilih cerpen yang berjudul Warna Ungu ini dikarenakan kemenarikan dari judul cerpen itu sendiri. Ternyata setelah ditelusuri judul cerpen ini ada kaitannya dengan tempat tinggal Ratna Indraswari Ibrahim (penulis cerpen) dan warna kesukaan beliau, Ratna Indraswari Ibrahim tinggal di kota Malang dan warna ungu menunjukkan warna asli kota Malang dan beliau pun sangat menyukai warna ungu. Selain itu, beliau pun terlihat sangat menguasai pengetahuan mengenai adat istiadat yang dijalankan ketika akan mengadakan pernikahan dengan menggunakan adat Malang. Sehingga latar belakang inilah yang melandasi penulis untuk memilih judul cerpen ini. Selain itu, makalah ini disusun untuk membandingkan kekurangan dan kelebihan antara cerpen asli dengan cerpen yang telah diadaptasi menjadi drama. ALUR 1. Alur peruntungan (alur tragis): Pelaku utama cukup bertanggung jawab terhadap kemalangan yang menimpa dirinya, hal ini tampak pada saat Luke kembali pulang setelah tiga hari tidak pulang, Luke menjelaskan bahwa pada saat itu Luke merasa gerah kemudian ada seorang anak kecil yang membimbingnya untuk keluar dari rumahnya. Luke berpikir untuk menghibur anak itu, dengan harapan Luke akan kembali pukul 14.00 WIB sebelum menikah. Kemudian setelah hampir pukul 16.00 WIB Luke sadar sudah terlambat untuk pulang ke rumah dan anak itu sudah pergi entah ke mana, sehingga Luke panik mencarinya. Sehingga, pembaca mengalami katarsis, rasa terharu. 2. Alur pemikiran (alur kekecewaan): Sang tokoh kehilangan idamannya, pada akhirnya Luke tidak bisa menikah dengan Indra karena Luke dituduh telah mempermalukan keluarga Indra, padahal menurut Luke mereka masih saling mencintai. Pada akhir cerita, pembaca hanya sebentar saja bersimpati kepadanya, selanjutnya diliputi kekecewaan. Rincian cerita: 1. Keluarga pengantin wanita menemani calon pengantin wanita untuk melewati malam widhodharenan. 2. Pengantin akan melaksanakan ijab Kabul. 3. Pergi ke tempat resepsi di sebuah gedung dengan dominasi warna ungu. 4. Bapak Indra mengadakan pesta ulang tahun anaknya dan mengundang beberapa gadis pilihan untuk menjadi pacar Indra. 5. Luke menjadi calon mantu yang paling favorit bagi keluarga Indra. 6. Rencana Luke untuk memiliki anak bersama dengan Indra saat usianya 21 tahun. 7. Luke sedikit depresi, sering pusing dan mimpi buruk yang terputus-putus. 8. Pembicaraan antara Mama dan Luke bahwa mendapatkan suami yang baik seperti mendapat undian. 9. Pembicaraan penduduk kota Malang mengenai perayaan pernikahan Luke dengan Indra yang begitu ribet dan dengan biaya yang rasanya sulit dilaksanakan oleh sebagian besar penduduk di Kota Malang. 10. Perginya Luke dari rumah. 11. Pencarian Luke oleh kerabat, sahabat, ke seluruh penjuru Kota Malang. 12. Pakde melapor ke polisi atas kehilangan Luke. 13. Luke tidak diketemukan sampai waktu resepsi. 14. Pernyataan tante Luke bahwa tantenya baru saja melahirkan tetapi tidak diberitahukan siapa ayah dari anak tersebut. 15. Dugaan Indra bahwa ada tangan-tangan kotor dari pesaing bisnis papanya atau Pak Hendrawan dalam pernikahan mereka. 16. Kepulangan Luke ke rumah dan menjelaskan bahwa saat itu Luke merasa gerah kemudian ada seorang anak kecil yang membimbingnya untuk keluar dari rumahnya. Luke berpikir untuk menghibur anak itu, dengan harapan Luke akan kembali pukul 14.00 WIB sebelum menikah. Kemudian setelah hampir pukul 16.00 WIB Luke sadar sudah terlambat untuk pulang ke rumah dan anak itu sudah pergi entah ke mana, sehingga Luke panik mencarinya. 17. Luke tidak bisa menikah dengan Indra karena Luke dituduh telah mempermalukan keluarga Indra, padahal menurut Luke mereka masih saling mencintai. 18. Penduduk kota membicarakan gagalnya pernikahan itu berhari-hari. Sebagian orang menganggap keluarga Hendrawan kurang melengkapi sesajennya, ketika akan menikahkan dengan adat Malangan, sehingga penghuni halus jadi marah-marah. TOKOH dan PENOKOHAN 1. Indra Jenis tokoh : a. Utama: Adegan awal: “akan menikah dengan Indra teman kuliahnya di Fakultas Teknik UB.” Adegan akhir: “Kalau tidak pacaran dengannya, saya mungkin belum berani menikah.” b. Real: “...menikah dengan Indra teman kuliahnya di Fakultas Teknik UB.” c. Protagonis: “Oleh karena itu, berapa pun akan saya bayar untuk mencari Luke hari ini juga!” d. Kompleks: Adegan awal: “Kami berdua sangat sepakat untuk segera menikah, agar lebih cepat memiliki anak di masa muda.” Adegan akhir: “Sementara itu, pacar Luke menyatakan mereka sekeluarga merasa dipermalukan dan tidak bisa lagi meneruskan hubungan ini.” e. Individual: “Indra adalah anak usahawan yang berada di Jakarta.” f. Berkembang: Adegan awal: “Saya tidak yakin Luke pergi dari rumah, tidak dengan alasan yang jelas. Yang saya banggakan darinya sikapnya yang rasional dan kemauan yang keras.” Adegan akhir: “...pacar Luke menyatakan mereka sekeluarga merasa dipermalukan dan tidak bisa lagi meneruskan hubungan ini.” Ciri tokoh: a. Fisiologis: “Dan mereka berdua begitu mantap untuk menikah, sekalipun kuliah mereka berdua belum selesai.” b. Psikologis: ““Oleh karena itu, berapa pun akan saya bayar untuk mencari Luke hari ini juga!” c. Sosiologis: “Di depan polisi Indra berulang-ulang berkata, “Pak, di antara pelaku bisnis itu selalu muncul iri hati satu sama lain dan mungkin kedengkian inilah yang menjudi akar masalahnya. Oleh karena itu, berapa pun akan saya bayar untuk mencari Luke hari ini juga!” 2. Luke Jenis tokoh : a. Utama: Adegan awal: “Luke menjadi calon mantu yang paling favorit bagi keluarga Indra.” Adegan akhir: “Luke berulang-ulang bilang, “Kalau pernikahan itu tidak jadi, saya tidak bisa disalahkan.” b. Real: “Luke mengisi waktu luangnya dengan menjadi guru play group.” c. Protagonis: “Aku menikahi Indra dengan segala kekurangan dan kelebihannya.” d. Bulat: Adegan awal: “Harusnya digarisbawahi, aku tidak kepingin mendidik anak-anakku seperti Mama mendidikku.” Adegan akhir: “Aku tidak tahu sampai hari ini mengapa kebencian terhadap pembantuku itu selalu berada di ruang hati dan seluruh sudut rumah ini. Tadi siang, dia datang dengan cucunya, (aku tidak menyukai anak itu).” e. Individual: “Luke menjadi calon mantu yang paling favorit bagi keluarga Indra.” f. Berkembang: Adegan awal: “Aku tidak tahu sampai hari ini mengapa kebencian terhadap pembantuku itu selalu berada di ruang hati dan seluruh sudut rumah ini. Tadi siang, dia datang dengan cucunya, (aku tidak menyukai anak itu).” Adegan akhir: “Waktu itu saya merasa gerah, seorang anak kecil membimbing saya untuk keluar dari rumah ini. Saya berpikir untuk menghibur anak ini.” Ciri tokoh: a Fisiologis: “Dan mereka berdua begitu mantap untuk menikah, sekalipun kuliah mereka berdua belum selesai.” a. Psikologis: “Saya cemaskan anak itu.” b. Sosiologis: “Sesungguhnya, sebelum acara pernikahannya, pada teman-temannya Luke berkata, “Aku tidak menikahi seorang pangeran. Aku menikahi Indra dengan segala kekurangan dan kelebihannya.” 3. Bapak Indra a. Tambahan: “bapak Indra seperti dongengnya Cinderella,....” b. Real: “bapak Indra seperti dongengnya Cinderella,....” c. Protagonis: “bapak Indra seperti dongengnya Cinderella,....” d. Kompleks: Adegan awal: ““bapak Indra seperti dongengnya Cinderella,....” Adegan akhir: “...mereka sekeluarga merasa dipermalukan dan tidak bisa lagi meneruskan hubungan ini.” e. Individual: “bapak Indra seperti dongengnya Cinderella,....” f. Tetap: Adegan awal: ““bapak Indra seperti dongengnya Cinderella,....” Adegan akhir: “...mereka sekeluarga merasa dipermalukan dan tidak bisa lagi meneruskan hubungan ini.” 4. Mama Jenis tokoh : a. Tambahan: Adegan awal: “Mama sering bilang, “Dia adalah perempuan yang bahagia.” Adegan akhir: “Tapi Mama bilang, “Kalau kita sudah menikah, masalahnya tidak sesederhana itu.” b. Real: “...Mama pasti tidak mempercayaiku.” c. Protagonis: “Masih menurut Mama, tidak ada yang bisa disalahkan dari saudara-saudara perempuannya. Seorang laki-laki baru ketahuan jeleknya kalau sudah jadi suami. Jadi, pernikahan dengan suami yang baik, seperti mendapat undian.” d. Kompleks: Adegan awal: ““Mamaku seorang egois.” Adegan akhir: “Tapi Mama bilang, “Kalau kita sudah menikah, masalahnya tidak sesederhana itu.” e.Individual: “Mama selalu menganggap aku terlampau nakal, lain dari adikku yang masih bayi itu.” f.Berkembang: Adegan awal: ““Mamaku seorang egois.” Adegan akhir: “Tapi Mama bilang, “Kalau kita sudah menikah, masalahnya tidak sesederhana itu.” Ciri tokoh: a. Psikologis: “...Mamaku seorang egois.” b. Sosiologis: “Mama pasti tidak mempercayaiku.” 5. Pembantu Jenis tokoh : a. Tambahan: Adegan awal: “...seorang pembantu sering mencubiti diriku,....” Adegan akhir: “...mengapa kebencian terhadap pembantuku itu ....” b. Real: “...seorang pembantu sering mencubiti diriku,....” c. Antagonis: “...seorang pembantu sering mencubiti diriku, ....” d. Kompleks: Adegan awal: “Di muka orangtuaku, dia bisa bersikap sangat manis.” Adegan akhir: “...seorang pembantu sering mencubiti diriku, ....” e.Individual: “...apalagi pembantuku itu tidak mencubiti adikku....” f. Berkembang: Adegan awal: “Di muka orangtuaku, dia bisa bersikap sangat manis.” Adegan akhir: “...seorang pembantu sering mencubiti diriku, ....” Ciri tokoh: a. Psikologis: “...seorang pembantu sering mencubiti diriku, ....” b. Sosiologis: “Papa dan Mama sangat sibuk dengan usahanya sehingga waktu kecil ketika seorang pembantu sering mencubiti diriku, aku tidak berani mengatakan pada orangtuaku.” 6. Rita Jenis tokoh : a. Tambahan: Adegan awal: “Sahabat Rita, akhir-akhir ini mengeluhkan suaminya yang sering memukul.” Adegan akhir: “Rita mungkin sudah lama ingin keluar dari pernikahannya, tapi tidak bisa!” b. Real: “Rita, akhir-akhir ini mengeluhkan suaminya yang sering memukul.” c. Individual: “Rita mungkin sudah lama ingin keluar dari pernikahannya, tapi tidak bisa!” Ciri tokoh: a Fisiologis: “Aku takut sekali melihat memar-memar bekas pukulan suaminya.” 7. Pak Hendrawan Jenis tokoh: a. Tambahan: Adegan awal: “Pak Hendrawan sudah membeli dokar untuk kirab kedua pengantin dari rumah sampai ke gedung resepsi.” Adegan akhir: “Pak Hendrawan sudah mengorder berpuluh-puluh bunga anggrek bulan ungu untuk hiasan di gedung pengantin.” b. Real: “...berada di halaman rumah Pak Hendrawan.” c. Protagonis: “Pak Hendrawan sudah membeli dokar untuk kirab kedua pengantin dari rumah sampai ke gedung resepsi.” d. Pipih: Adegan awal: “Pak Hendrawan sudah membeli dokar untuk kirab kedua pengantin dari rumah sampai ke gedung resepsi.” Adegan akhir: “Pak Hendrawan sudah mengorder berpuluh-puluh bunga anggrek bulan ungu untuk hiasan di gedung pengantin.” e. Individual: “Pak Hendrawan sudah mengorder berpuluh-puluh bunga anggrek bulan ungu untuk hiasan di gedung pengantin.” f. Tetap: Adegan awal: “Pak Hendrawan sudah membeli dokar untuk kirab kedua pengantin dari rumah sampai ke gedung resepsi.” Adegan akhir: “Pak Hendrawan sudah mengorder berpuluh-puluh bunga anggrek bulan ungu untuk hiasan di gedung pengantin.” Ciri tokoh: a. Psikologis: “Pak Hendrawan sudah membeli dokar untuk kirab kedua pengantin dari rumah sampai ke gedung resepsi.” 8. Mbok Pah Jenis tokoh: a. Tambahan: “Adalah Mbok Pah, yang ingin memberikan jamu, yang pertama kali merasa kehilangan Luke.” b. Real: “Mbok Pah mencari di setiap sudut rumah ini.” c. Protagonis: “Adalah Mbok Pah, yang ingin memberikan jamu, yang pertama kali merasa kehilangan Luke.” d. Pipih: Adegan awal: “Mbok Pah mencari di setiap sudut rumah ini.” Adegan akhir: “Saya tidak menemukan Jeng Luke, Bu.” e. Individual: “Akhirnya, setelah sekian lama Mbok Pah mencari,....” f. Tetap: Adegan awal: “Mbok Pah mencari di setiap sudut rumah ini.” Adegan akhir: “Saya tidak menemukan Jeng Luke, Bu.” Ciri tokoh: a. Psikologis: “Adalah Mbok Pah, yang ingin memberikan jamu, yang pertama kali merasa kehilangan Luke.” b. Sosiologis: “Mbok Pah mencari di setiap sudut rumah ini. Akhirnya dengan cemas membangunkan ibu Luke. “Saya tidak menemukan Jeng Luke, Bu.” 9. Pakde Jenis tokoh: a. Tambahan: Adegan awal: “Pakde dari Luke, atas desakan keluarga besar calon mantu melapor ke polisi atas kehilangan keponakannya.” Adegan akhir: “Ini akan memalukan seluruh keluarga besar kami,” kata Pakde Luke, telak.” b. Real: “Ini akan memalukan seluruh keluarga besar kami,” kata Pakde Luke, telak.” c. Protagonis: “Pakde dari Luke, atas desakan keluarga besar calon mantu melapor ke polisi atas kehilangan keponakannya.” d. Pipih: Adegan awal: “Pakde dari Luke, atas desakan keluarga besar calon mantu melapor ke polisi atas kehilangan keponakannya.” Adegan akhir: “Ini akan memalukan seluruh keluarga besar kami,” kata Pakde Luke, telak.” e. Individual: “Pakde dari Luke, atas desakan keluarga besar calon mantu melapor ke polisi atas kehilangan keponakannya.” f. Tetap: Adegan awal: “Pakde dari Luke, atas desakan keluarga besar calon mantu melapor ke polisi atas kehilangan keponakannya.” Adegan akhir: “Ini akan memalukan seluruh keluarga besar kami,” kata Pakde Luke, telak.” Ciri tokoh: a. Psikologis: “Pakde dari Luke, atas desakan keluarga besar calon mantu melapor ke polisi atas kehilangan keponakannya.” b.Sosiologis: Polisi mencatat semua data-data Luke dan berulang-ulang bertanya, “Apakah mereka akan dinikahkan secara paksa?” “Tidak, mereka pacaran. Tolong kami, karena acara resepsi di gedung tinggal beberapa jam lagi dan kalau si pengantin tidak diketemukan, besok semua koran lokal dan nasional akan memuat berita ini. Indra anak pengusaha sukses di Jakarta. Ini akan memalukan seluruh keluarga besar kami,” kata Pakde Luke, telak.” 10. Polisi Jenis tokoh: a. Tambahan: Adegan awal: “Polisi mencatat semua data-data Luke dan berulang-ulang bertanya, “Apakah mereka akan dinikahkan secara paksa?” Adegan akhir: “Polisi cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala.” b. Real: “Polisi cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala.” c. Protagonis: “Polisi mencatat semua data-data Luke dan berulang-ulang bertanya,....” d. Kompleks: “Ini kasus yang pertama ditemui oleh pihak kepolisian.“ e. Kolektif: “Ini kasus yang pertama ditemui oleh pihak kepolisian.” f. Tetap: Adegan awal: “Polisi mencatat semua data-data Luke dan berulang-ulang bertanya, “Apakah mereka akan dinikahkan secara paksa?” Adegan akhir: “Polisi cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala.” Ciri tokoh: a. Psikologis: “Polisi mengerahkan anak buahnya untuk mencari Luke.” b. Sosiologis: “Padahal bapak polisi sangat akrab dengan pengusaha yang sangat sukses itu.” 11. Tante Luke Jenis tokoh: a. Tambahan: Adegan awal: “...tantenya dengan bangga mengatakan, “Aku baru saja melahirkan seorang anak.” Adegan akhir: “Tante tidak pernah menyebut-nyebut siapa bapak dari bayi itu.” b. Real: “Mereka berdua sepakat tidak akan pernah meniru tante Luke....” c. Pipih: Adegan awal: “...tanteku tidak bisa memahami bagaimana mencari susu bayi, mengantarkan ke taman kanak-kanak atau ke dokter.” Adegan akhir: “...tantenya dengan bangga mengatakan, “Aku baru saja melahirkan seorang anak.” d. Individual: “Tante tidak pernah menyebut-nyebut siapa bapak dari bayi itu.” e. Tetap: Adegan awal: “...tanteku tidak bisa memahami bagaimana mencari susu bayi, mengantarkan ke taman kanak-kanak atau ke dokter.” Adegan akhir: “...tantenya dengan bangga mengatakan, “Aku baru saja melahirkan seorang anak.” Ciri tokoh: a Fisiologis: “...tante Luke yang masih hidup sendiri di usianya yang hampir 35 tahun.” b. Psikologis: “...tantenya dengan bangga mengatakan, “Aku baru saja melahirkan seorang anak.” Tante tidak pernah menyebut-nyebut siapa bapak dari bayi itu. “ c.Sosiologis: “...tantenya dengan bangga mengatakan, “Aku baru saja melahirkan seorang anak.” 12. Anak kecil Jenis tokoh: a. Tambahan: Adegan awal: “... seorang anak kecil membimbing saya untuk keluar dari rumah ini.” Adegan akhir: “Anak itu tetap tidak diketemukan....” b. Real: “...seorang anak kecil membimbing saya untuk keluar dari rumah ini.” c. Protagonis: “... seorang anak kecil membimbing saya untuk keluar dari rumah ini.” d. Kompleks: Adegan awal: “...seorang anak kecil membimbing saya untuk keluar dari rumah ini.” Adegan akhir: “...dan anak itu sudah pergi entah ke mana, sehingga saya panik mencarinya.” e.Individual: “Saya berpikir untuk menghibur anak ini.” f. Berkembang: Adegan awal: “...seorang anak kecil membimbing saya untuk keluar dari rumah ini.” Adegan akhir: “...dan anak itu sudah pergi entah ke mana, sehingga saya panik mencarinya.” Ciri tokoh: a. Psikologis: “...seorang anak kecil membimbing saya untuk keluar dari rumah ini.” LATAR 1. Latar tempat: di sebuah gedung Tempat resepsi pernikahan, di Kota Malang, di Jakarta, sudut rumah, di kamar, di halaman rumah, kamar pengantin, taman anak-anak 2. Latar waktu: siang, malam, pukul 14.30 WIB, pukul 14.00 WIB, pukul 16.00 WIB 3. Latar suasana: cemas, panik, bahagia 4. Latar alat: kendang, sepatu roda, dokar, tempat duduk pengantin, karpet, dan bunga-bunga hiasan, seprei pengantin, baju brokat putih, kerudung warna ungu, baju tidur berwarna ungu, ayunan TEMA: Percintaan NILAI : Kekeluargaan, karena pernikahan ini didasarkan perjodohan yang dilakukan melalui pencarian jodoh saat pesta ulang tahun. “Konon, bapak Indra seperti dongengnya Cinderella, melihat Indra yang belum juga pacaran, mengadakan pesta ulang tahun anaknya dan mengundang beberapa gadis pilihan untuk menjadi pacar Indra. Luke menjadi calon mantu yang paling favorit bagi keluarga Indra.” FUNGSI: - Eksperensial, karena novel ini memberikan pengalaman berharga kepada pembaca, janganlah terlalu memikirkan karir sementara anak kita dititipkan kepada pengasuh yang belum tentu baik luar dan dalam kepada anak kita. “Papa dan Mama sangat sibuk dengan usahanya sehingga waktu kecil ketika seorang pembantu sering mencubiti diriku, aku tidak berani mengatakan pada orangtuaku. Kalau aku menceritakan penyiksaan itu, Mama pasti tidak mempercayaiku. Di muka orangtuaku, dia bisa bersikap sangat manis. Mamaku merasa bebannya dengan anak-anaknya bisa terkurangi, apalagi pembantuku itu tidak mencubiti adikku. Mama selalu menganggap aku terlampau nakal, lain dari adikku yang masih bayi itu.” - Informatif, karena memberikan informasi mengenai adat istiadat pernikahan di kota Malang. “Sebagian orang menganggap keluarga Hendrawan kurang melengkapi sesajennya, ketika akan menikahkan dengan adat Malangan, sehingga penghuni halus jadi marah-marah. Seharusnya keluarga Hendrawan bikin selamatan untuk menyucikan tempat pernikahan itu terlebih dahulu. Penduduk kota kami percaya untuk memakai adat Malangan yang lengkap harus memakai sesajen, untuk melewati proses demi proses dari mulai widhodharen, temu, sampai selesainya pernikahan tersebut.” - Penyadaran, karena dalam novel ini diceritakan bahwa jangan cepat menilai sesuatu dari cangkangnya tetapi harus dari isinya. “Luke berulang-ulang bilang, “Kalau pernikahan itu tidak jadi, saya tidak bisa disalahkan. Waktu itu saya dan anak kecil tersebut begitu bahagia dan saya begitu panik karena tiba-tiba anak itu tidak berada di sisi saya. Seharusnya, Indra menganalisa masalah ini dahulu, dengan lebih tenang, sebelum memutuskan hubungan kita. Kami masih saling mencintai.” PENGALAMAN: Etis-moral: tindak kekerasan dalam rumah tangga, tindak kekerasan seorang pengasuh kepada anak asuhnya ““Papa dan Mama sangat sibuk dengan usahanya sehingga waktu kecil ketika seorang pembantu sering mencubiti diriku, aku tidak berani mengatakan pada orangtuaku. Kalau aku menceritakan penyiksaan itu, Mama pasti tidak mempercayaiku.” Humanistis: tragis, romantis “Semua orang tidak mempercayai omongannya. Kedua orangtuanya merasa dipermalukan. Sementara itu, pacar Luke menyatakan mereka sekeluarga merasa dipermalukan dan tidak bisa lagi meneruskan hubungan ini.” BANDINGAN Dilihat dari segi cerita yang dibawakan terdapat beberapa adegan yang tidak ditampilkan atau bahkan dihilangkan seperti tokoh Luke dan tokoh Indra yang bermain bersama dengan anak-anak playgroup. Tidak adanya pembicaraan mengenai tokoh Rita, sahabat Luke, dengan mamanya. Tokoh Luke yang bermimpi ketika seorang anak kecil yang memainkan kendang tepat disamping telinganya. Tidak adanya properti dokar buatan. Pembicaraan mengenai Tante Luke. Terdapat dialog yang seharusnya dikatakan oleh tokoh Pakde kepada Polisi tetapi disampaikan oleh tokoh Istri Pak Efendi yang dalam cerpen memang tidak ada tokoh Istri Pak Efendi yaitu dialog “Tidak, mereka pacaran. Tolong kami, karena acara resepsi di gedung tinggal beberapa jam lagi dan kalau si pengantin tidak diketemukan, besok semua koran lokal dan nasional akan memuat berita ini. Indra anak pengusaha sukses di Jakarta. Ini akan memalukan seluruh keluarga besar kami,” kata Pakde Luke, telak. Perginya Luke pada saat resepsi hanya berlangsung satu hari saja. Sementara dalam cerpen dibutuhkan waktu tiga hari untuk Luke kembali lagi ke rumah dan mengetahui kabar bahwa Indra beserta keluarganya menggagalkan pernikahan mereka. Sedangkan dalam drama pada saat malam hari Luke kembali ke rumah dan mendengar langsung dari indra bahwa pernikahannya gagal. Selain itu, Tidak disinggung mengenai adat istiadat pernikahan di Kota Malang. Tidak ada pembicaraan dari masyarakat mengenai gagalnya pernikahan Luke dengan Indra. 1. Dalam drama, tokoh Indra digambarkan sebagai seorang pria yang tampan, romantis, pemalu, perhatian, gayanya cool, berjambul. 2. Dalam drama, tokoh Luke digambarkan sebagai wanita cantik, lemah lembut, memakai kerudung. 3. Dalam drama, tokoh Bapak Indra disebutkan namanya yaitu bapak Efendi dan tokoh tersebut digambarkan sebagai orang tua yang tegas, keras kepala, mudah marah, suka memakai kemeja, jas, dan celana kain, rambutnya sudah mulai memutih, dan lebih tua dibandingkan dengan istrinya. Istri Pak Efendi digambarkan sebagai orang tua yang cukup muda usianya dibandingkan dengan umur Pak Efendi, memakai batik dan samping, rambutnya digelung, rambutnya belum terlalu memutih, pada mulanya baik tetapi karena merasa dipermalukan oleh keluarga Hendrawan maka sifatnya berubah menjadi pemarah. 4. Dalam drama, tokoh Mama digambarkan sebagai orang tua yang sabar, penyayang, suka memakai batik dan berkerudung, pada awalnya baik hati tetapi di akhir berubah menjadi kasar, umurnya terbilang cukup muda dibandingkan dengan suaminya. 5. Dalam drama, tokoh Pembantu tidak dipentaskan di atas panggung hanya disebutkn saja oleh tokoh utama. 6. Dalam drama, tokoh Rita tidak dipentaskan. 7. Dalam drama, tokoh Pak Hendrawan sebagai ayah dari Luke digambarkan sebagai orang tua yang suka memakai batik, rambutnya sudah mulai memutih, membaca koran pagi, tegas, penyayang, penyabar, memiliki harga diri yang tinggi, tidak bisa mengontrol emosi, dan usianya lebih tua dibandingkan dengan istriya. 8. Dalam drama, tokoh Mbok Pah digambarkan sebagai nenek tua yang sudah cukup renta tetapi masih bisa mengabdikan diri kepada keluarga Hendrawan, suka memakai kebaya, samping, rambut digelung, rambutnya sudah mulai memutih, berjalan sedikit bongkok, ramah tamah, baik, polos, penurut. 9. Dalam drama, tokoh Pakde digambarkan sebagai orang tua yang apabila berjalan harus menggunakan bantuan tongkat, selalu menggunakan batik dan celana bahan, rambutnya sudah mulai memutih, mudah terbawa suasana sekitar, baik. 10. Dalam drama, tokoh Polisi digambarkan sebagai seorang pria yang tinggi, gagah, berwibawa, umurnya masih terbilang cukup muda. 11. Dalam drama, tokoh Tante Luke tidak dipentaskan di atas panggung hanya disebutkan saja oleh tokoh utama. 12. Dalam drama, tokoh Anak Kecil digambarkan sebagai anak kecil yang mengenakan gaun putih, mengenakan kaos kaki, rambutnya diikat dua, selalu membawa boneka kecil, misterius, selalu ada dalam setiap adegan tanpa ada tokoh lain yang mengetahuinya. Dalam cerpen saya mendapatkan fungsi informatif mengenai adat istiadat pernikahan di Kota Malang seperti harus memakai sesajen, untuk melewati proses demi proses dari mulai widhodharen, temu, sampai selesainya pernikahan tersebut, tetapi dalam pementasan drama saya tidak mendapatkan fungsi informatif itu.

Dislexia

Dislexia Dislexia adalah suatu penyakit yang disebabkan karena ketidakmampuan seseorang untuk membaca dan menulis. Hal ini biasanya dialami oleh anak-anak karena gejalanya sangat nampak ketika anak tersebut masih tumbuh dan berkembang, terutama dalam bangku sekolah dasar. Ciri-ciri anak yang terkena penyakit dislexia adalah sulit mengikuti instruksi, contohnya, anak tersebut disuruh untuk membaca halaman 47, paragraf ke empat, kalimat ke tujuh, anak tersebut tentu akan sangat sulit untuk membaca dan memahaminya. Yang kedua, kata-kata yang dibacanya merupakan musuh baginya, maksudnya, anak yang terkena penyakit ini sulit untuk membedakan huruf-huruf yang hampir sama bentuknya contohnya huruf b dengan huruf d dan bilangan 9 dengan bilangan 6. Selain itu, anak yang terkena penyakit ini beranggapan bahwa huruf-huruf yang ada di depannya seakan-akan menari-nari di depannya, karena dia selalu menggunakan imajinasinya ketika melihat huruf-huruf tersebut. Meskipun penyebab penyakit ini belum pasti tetapi ada kemungkinan bahwa penyakit ini disebabkan oleh masalah genetik atau masalah otak. Anak yang memiliki penyakit ini tidak boleh mengalami tekanan batin serta fisik yang begitu berat karena dapat menyebabkan depresi. Biasanya anak seperti ini cenderung memiliki hobi yang menarik contohnya melukis, jika ia mengalami depresi ini akan menyebabkan terganggunya kreatifitas anak. Penyakit ini dapat diantisipasi dengan memberikan bimbingan khusus yang penuh dengan ketelatenan kepada si anak agar mereka dapat memahami betul perbedaan antara huruf-huruf dan bilangan-bilangan yang mereka anggap sama. Kita harus mengajarinya dengan penuh kasih sayang, buat si anak agar bisa merasakan perbedaan bentuk huruf dan bilangan yang mereka anggap sama dengan cara mengajarinya menulis di atas bak pasir atau dengan menuliskan huruf-huruf dan bilangan-biangan tersebut di tangannya secara perlahan dan halus dengan menggunakan jari telunjuk. Pertama-tama membuat huruf dan bilangan yang sangat besar ukurannya agar mudah dipahami kemudian ajarilah cara menulis yang benar pada buku tulis dengan menggunakan ukuran huruf pada buku tulis. Setelah ia lancar menulis, ajarilah ia untuk membaca dengan perlahan-lahan. Untuk keterampilan berhitung ajaklah anak tersebut untuk belajar sambil bermain contohnya menghitung penjumlahan minus dengan cara naik turun anak tangga, sehingga anak bisa lebih paham dan mudah mengerti.

Contoh Pola Pegembangan Paragraf

Nama: Devi Kusuma Nur Huda Kelas: Dik 1A NIM: 1102375 1. Kronologis Semasa kecil, seorang pria cacat sudah belajar berenang, meskipun dengan bantuan orang lain. Pada masa remaja, pria cacat tersebut juga mengikuti lomba olahraga yang terdiri dari lomba berenang ganda dan lomba bersepeda ganda. Saat lomba berenang ganda, pria cacat tersebut berbaring diatas perahu karet sementara rekannya berenang sambil menarik perahu karet tersebut sampai finish. Setelah sampai finish rekan pria tersebut mengangkatnya dari perahu karet dan menaikannya ke sepeda dengan kapasitas dua orang penumpang, untuk melanjutkan lomba yang berikutnya yaitu lomba bersepeda ganda. Para peserta yang lain jauh tertinggal di belakang, hingga detik-detik terakhir pria dan rekannya itulah yang menjadi pemenang. Tak lama setelah acara perlombaan diselenggarakan, tibalah saatnya bagi pria cacat tersebut beserta teman-temannya untuk diwisuda. Pria cacat itu duduk di kursi roda dengan didampingi seorang temannya karena mereka telah menyelesaikan studinya. 2. Spasial (Keruangan) Sebuah ruangan yang sunyi dan sepi bagi seorang pria cacat untuk merenungi masa lalunya. Seorang pria cacat itu memandangi sebuah monitor yang berada disamping tempat tidurnya dengan bertulisan kata “Can.” Dari kata tersebut, dia mengingat-ngingat masa lalunya yaitu semasa kecil, pria cacat tersebut sudah belajar berenang, meskipun dengan bantuan orang lain. Pada masa remaja, pria cacat tersebut juga mengikuti lomba olahraga yang terdiri dari lomba berenang ganda dan lomba bersepeda ganda. Saat lomba berenang ganda, pria cacat tersebut berbaring diatas perahu karet sementara rekannya berenang sambil menarik perahu karet tersebut sampai finish, perlombaan itu dimulai ketika matahari masih bersinar hingga matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat, dengan suasana laut yang tenang dan juga laut yang terkena pancaran sinar matahari. Setelah sampai finish rekan pria tersebut mengangkatnya dari perahu karet dan menaikannya ke sepeda dengan kapasitas dua orang penumpang, untuk melanjutkan lomba yang berikutnya yaitu lomba bersepeda ganda. Para peserta yang lain jauh tertinggal di belakang, lomba bersepeda ganda dimulai pada sore hari hingga malam hari, ketika di perjalanan suasana begitu sepi tetapi ketika hendak mencapai finish suasana menjadi riuh dengan gemuruh penonton yang bersorak-sorai, hingga detik-detik terakhir pria dan rekannya itulah yang menjadi pemenang. Tak lama setelah acara perlombaan diselenggarakan, tibalah saatnya bagi pria cacat tersebut beserta teman-temannya untuk diwisuda. Pria cacat itu duduk di kursi roda dengan didampingi seorang temannya sambil tersenyum bahagia karena mereka telah menyelesaikan studinya. 3. Ilustrasi Sebuah ruangan yang sunyi dan sepi bagi seorang pria cacat untuk merenungi masa lalunya yang bahagia. Seorang pria cacat itu memandangi sebuah monitor dengan bertulisan kata “Can.” Dari kata tersebut, dia mengingat-ngingat masa lalunya yaitu ketika pria cacat tersebut sedang belajar berenang di sebuah kolam renang beserta seorang ibu yang mendampinginya didalam kolam, disaat ia mengikuti lomba berenang ganda yang dimulai ketika matahari masih bersinar hingga matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat, dengan suasana laut yang tenang dan semilir angin yang lembut dan juga laut yang terkena pancaran sinar matahari, serta lomba bersepeda ganda yang dimulai pada sore hari hingga malam hari dengan suasana malam yang sepi dan hanya ada sedikit penerangan, tetapi ketika hendak mencapai finish suasana menjadi terang dan riuh dengan gemuruh penonton yang bersorak-sorai. 4. Perbandingan Seorang pria cacat bisa memacu hidupnya untuk melakukan hal-hal yang biasanya diakukan oleh manusia normal. Cacat bukanlah hal yang bisa menghalangi kita untuk tidak berprestasi. Pria cacat tersebut bekerja sama dengan temannya yang normal untuk mengukir prestasi. Salah satunya adalah memenangkan perlombaan ganda dan bersepeda ganda. Sehingga tidak menutup kemungkinan orang cacat bisa lebih berprestasi dibandingkan dengan manusia normal yang tidak memiliki semangat yang tinggi seperti yang dimiliki oleh pria cacat tersebut. 5. Sebab-akibat Sebuah semangat yang dimiliki oleh seorang pria cacat untuk bisa melakukan hal yang biasanya dilakukan oleh manusia normal. Berbagai perlombaan ia ikuti. Berbagai usaha ia lakukan untuk mengukir prestasi. Dan usahanya itu menghasilkan hasil yang memuaskan. Pria cacat itu berhasil memenangkan pertandingan dan disamping itu, ia pun berhasil menyelesaikan studinya. 6. Umum-khusus Berawal dari kata “Can.” Itulah sebuah kata yang menginspirasi seorang pria cacat untuk melakukan hal-hal yang selayaknya dilakukan oleh manusia normal. Dari kata tersebut menghadirkan semangat untuk mengukir prestasi. Berawal dari mengikuti perlombaan berenang ganda dan bersepeda ganda, dan itu menjadi prestasi pertamanya yang membanggakan. Dan prestasi kedua ia dapatan ketika ia telah selesai menyelesaikan studinya. Itulah hal yang sangat membanggakan bagi pria tersebut dan sebagai titik tolak untuk terus mengukir prestasi yang lain.

Laporan Baca

I. Identitas buku 1. Judul: Bidadari-Bidadari Surga 2. Pengarang: Tere-liye 3. Penerbit: Republika 4. Kota terbit: Jakarta 5. Tahun terbit: 2008 6. Cetakan/ edisi ke: VI 7. Ilustrasi sampul a. Sampul depan Sampul depan ini menggunakan dua kombinasi warna. Bagian kiri menggunakan gambar dasar suasana laut yang terkena pancaran mentari pagi dengan hamparan padang rumput yang luas, serta awan yang berwarna biru. Sedangkan, pada bagian kanan menggunakan gambar dasar dengan kombinasi warna merah kecoklat-coklatan dengan gambar kayu yang merupakan bagian dari gubuk. Diatas gambar dasar tersebut tepatnya dibagian kanan, juga terdapat nama pengarang dengan menggunakan warna kuning dibagian dalam dan coklat disisi terluar. Selain itu, dibawah nama pengarang terdapat keterangan tentang pengarang dan judul buku lain yang telah diterbitkan oleh pengarang. Diatas gambar dasar tersebut, tepatnya ditengah-tengah antara bagian kiri dan kanan, terdapat judul buku yang berwarna putih disisi terdalam dan berwarna orange disisi kiri terluar serta biru dibagian kanan terluar. Disudut kiri bawah terdapat nama penerbit dengan menggunakan warna putih. b. Sampul belakang Sampul belakang ini menggunakan gambar dasar suasana laut dengan hamparan padang rumput yang luas. Selain itu, diatas gambar dasar tersebut terdapat berbagai pendapat dari pembaca tentang novel yang berjudul bidadari-bidadari surga ini. Dipojok kanan bawah terdapat alamat e-mail desain cover. II. Identitas pembaca 1. Nama: Devi Kusuma Nur Huda, sebut saja Devi, saya lahir di Bandung, 26 Februari 1994, tepatnya hari sabtu. Saya memiliki hobi olahraga, menyanyi, dan berenang. Tetapi karena kesibukan di hari-hari kuliah, saya jarang melakukan hobi yang membutuhkan aktifitas fisik. 2. Latar keluarga: nama ibu saya Anna Mariana dan nama ayah saya Hasanudin. Sekarang mereka tinggal di tempat yang berbeda karena mereka telah memiliki kehidupan masing-masing. Ibuku tinggal denganku di rumah nenek karena kami belum memiliki rumah sendiri. Begitu pula ayahku masih tinggal bersama ibunya meskipun sudah memiliki rumah tangga yang baru, dan tentu saja dua orang adik tiri untukku. Ibuku memutuskan pergi merantau untuk menghidupi kebutuhanku dan ini bukan kali pertama aku ditinggal oleh ibuku tetapi sudah kesekian kalinya.Selain nenek, kakek, aku, dan ibuku, paman, bibi, dan keponakanku pun tinggal disini sehnigga suasana rumah menjadi ramai. 3. Latar baca: a. Lingkungan: di rumah nenek terdapat banyak buku milik paman yang kebanyakan buku tentang syariah Islam, agama, dan buku-buku hasil tulisannya. Namun, saya jarang membacanya karena saya malas jika harus membaca buku yang tebal-tebal dan kurang menarik, sehingga saya hanya membaca bagian yang menarik saja dalam satu buku yang tebal-tebal itu. b. Pengalaman baca: saya jarang membaca jadi saya lupa kapan saya mulai membaca dengan intensitas membaca yang sering. c. Buku yang disukai: saya lebih suka membaca buku tentang kiamat, seks untuk hal yang positif dan menambah pengetahuan, serta buku agama dengan topik-topik tertentu misalnya majalah hidayah (mengisahkan azab-azab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang lalai). d. Buku yang tidak disukai:saya tidak suka buku pegangan kuliah karena saya lebih senang jika mata kuliah tersebut langsung diajarkan oleh dosen terhadap kita. Menurut saya, buku-buku tersebut sulit untuk dimengerti karena menggunakan istilah-istilah yang belum pernah saya dengar atau saya temukan dibuku-buku yang pernah saya baca. III. Aktivitas baca 1. Mulai: saya mulai membaca pada hari Rabu, 5 Oktober 2011, tepatnya setelah shalat maghrib sambil menunggu adzan isya berumandang. Saya selesai membaca pada hari Kamis, 13 Oktober 2011 sebelum melaksanakan shalat dhuhur di Al-Furqon. Saya selesai pada hari kamis karena pada hari Sabtu, 8 Oktober 2011 saya tidak membaca. Karena pada hari sabtu saya mengikuti kegiatan PAB di Situ Lembang dan selesai pada minggu sore. 2. Cara baca: saya membaca buku sambil duduk di atas kasur dan bersandar pada tembok dengan bantal-bantal yang menghalangi punggung. Atau juga sambil duduk di atas sajadah setelah shalat maghrib. 3. Intensitas baca: dalam satu hari saya tidak tentu membacanya, karena saya hanya membaca jika ada tugas. 4. Cara memahami makna: jika terdapat kata-kata yang kurang dimengerti saya selalu mengulang bacaan hingga dua atau tiga kali. IV. Hasil baca Suatu hari di Lembah Lahambay terdapat sebuah keluarga yang terdiri dari Mamak Lainuri, Kak Laisa, Dalimunte, Wibisana, Ikanuri, dan Yashinta. Mamak Lainuri adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh Babak karena Babak diterkam oleh penguasa Gunung Kendeng yaitu seekor harimau. Zaman dahulu manusia dan harimau hidup dengan damai, tetapi setelah ada manusia yang datang dari provinsi ke hutan dengan membawa senapan dan membunuh seekor harimau, kehidupan antara harimau dan manusia di Lembah Lahambay menjadi kacau karena penguasa Gunung Kendeng ingin meminta nyawa dibalas dengan nyawa. Dan Babak merupakan salah seorang korbannya. Kak Laisa adalah putri sulung Mamak Lainuri, sebenarnya Laisa bukanlah anak kandung dari Mamak. Karena sebelum menikah dengan Babak, Mamak menikah dengan seorang pria dari kampung atas yang sudah memliki anak. Pada saat itu istri dari pria tersebut sudah meninggal akibat kelakuan kasarnya. Pria tersebut menikah dengan Mamak Lainuri karena ingin menguras harta Mamak, karena Mamak merupakan salah satu orang kaya di lembah. Hal yang serupa dialami oleh Mamak, Mamak mendapatkan perlakuan yang kasar dari suami pertamanya dan setelah Mamak jatuh miskin akibat ulahnya yang selalu mabuk-mabukan dan judi, Mamak ditinggal pergi olehya. Disisi lain, Laisa yang masih bayi tidak dibawa pergi oleh ayahnya, Laisa dibiarkan tenggelam di baskom oleh ayahnya, tetapi karena Mamak begitu menyayangi Laisa maka Mamak menolongnya dan menganggapnya sebagai anak kandungnya. Akibat dari tenggelam di baskom, tubuh Laisa tidak dapat tumbuh dengan normal. Dalimunte adalah putra sulung hasil hubungan antara Mamak dengan Babak. Wibisana adalah putra kedua dari Mamak dengan Babak. Ikanuri adalah putra ketiga dari Mamak dengan Babak. Dan ditutup dengan Yashinta sebelum Babak meninggal. Dalimunte tumbuh menjadi anak yang pintar dan menjadi profesor fisika di kabupaten karena hobinya sejak dahulu merakit sesuatu yang baru misalnya lima kincir air hasil rancangan Dalimunte yang dibuat bersama-sama oleh warga Lembah di cadas setinggi lima meter sebagai sumber irigasi bagi perkebunan mereka . Wibisana dan Ikanuri menjadi pengusaha yang sukses dengan bengkel yang bermodal awal dari Kak Laisa, karena sejak kecil hobi mereka adalah mengutak-atik mesin. Yashinta tumbuh menjadi gadis yang cantik dan menjadi seseorang yang selalu mengurusi konservasi alam, karena sejak kecil hobinya peduli terhadap alam. Satu persatu dari kelima bersaudara tersebut menikah, yang pertama adalah Dalimunte meskipun sebenarnya tidak enak jika melewati Kak Laisa untuk menikah, karena kebiasaan warga lembah yang apabila seorang adik mendahului seorang kakak menikah maka merupakan aib bagi kakak tersebut. Namun, Kak Laisa tidak pernah memperdulikan apa kata tetangga. Kemudian disusul oleh Wibisana dan Ikanuri, hal yang sama pun dirasakan oleh mereka, tetapi Kak Laisa tetap tidak perduli pembicaraan tetangga terhadapnya. Yashinta adalah putri bungsu dari Mamak Lainuri, Yashinta tidak pernah berani untuk menikah sebelum Kak Laisa menikah meskipun sudah ada pria yang melamarnya tetapi dia menolaknya karena Yashinta begitu menghormati Kak Laisa. Sepuluh tahun sudah, kanker paru-paru yang diderita oleh Kak Laisa cukup sudah, akhirnya penyakit yang selama ini disembunyikan dari adik-adiknya terbongkar semua saat Kak Laisa memasuki kanker paru-paru stadium empat, dan saat waktu Kak Laisa tidak lama lagi, Kak Laisa meminta Yashinta menikah dengan pria yang melamarnya dahulu sebagai permintaan terakhir. Saat pernikahan berlangsung dan Mamak sedang mengucapkan selamat kepada Yashinta atas pernikahannya, Kak Laisa yang terbaring lemah ditempat tidur dengan infus dan selang pernapasan serta monitor pengontrol jantung tiba-tiba berhenti dan Kak Laisa pun menghembuskan nafas terakhirnya dan doa terakhirnya yang berbunyi “Ya allah jadikanlah hamba dari salah seorang bidadari-badadari surga itu.” Karena sampai Kak Laisa menghembuskan nafas terkhirnya, dia tidak menikah karena acara perjodohannya selalu saja gagal. Dan yang terpenting bagi Kak Laisa adalah kebahagian adik-adiknya sehingga ia rela berkorban apapun demi adik-adiknya termasuk kehidupan dan perasaannya. V. Tanggapan 1. Bahasa: bahasa yang digunakan dalam novel ini mudah untuk diserap. 2. Sastra: dilihat dari tulisan dan percakapan yang terdapat didalamnya, novel ini mengandung sastra karena menggunakan bahasa baku bukan bahasa gaul atau bahasa sehari-sehari seperti pada novel teenlith atau ceeklith. 3. Rekomendasi: sebaiknya mahasisiwa tingkat satu membaca novel ini karena mengandung nilai kehidupan yang tinggi dan bahasanya pun mudah dimengerti. BIDADARI-BIDADARI SURGA LAPORAN BACA disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Membaca dari dosen Drs. Encep Kusumah, M.Pd oleh 1102375 Devi Kusuma Nur Huda DIK 1A JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011

Fonologi Musik Ungu Band

Judul lagu: Saat Bahagia Genre: Pop Penyanyi: Ungu feat. Andien Lirik: Saat bahagiaku duduk berdua denganmu hanyalah bersamamu hmmm [sa?at bahagiyaku duduk bǝrduwa dǝηanmu hañalah bǝrsamamu hmmm] Mungkin aku terlanjur tak sanggup jauh dari dirimu [muηkin aku tǝrlanjur ta? saηgup jawuh dari dirimu] Ku ingin engkau selalu [ku iηin ǝηkaw slalu] *courtesy of LirikLaguIndonesia.net Tuk jadi milikku [tuk jadi milikku] Ku ingin engkau mampu [ku iηin ǝηkaw mampu] Ku ingin engkau selalu bisa [ku iηin ǝηkaw sǝlalu bisa] Temani diriku sampai akhir hayatmu [tǝmani diriku sampaiy a?hir hayatmu] Meskipun itu hanya terucap [mǝskipun itu haña tǝrucap] Dari mulutmu oooh dari dirimu [dari mulutmu oooh dari dirimu] Yang terlanjur mampu bahagiakan aku [yaη tǝrlanjur mampu bahagiyakan aku] Hingga ujung waktuku selalu [hiηga ujuη waktuku sǝlalu] Seribu jalan pun ku nanti [sǝribu jalan pun ku nanti] Bila berdua dengan dirimu melangkah bersamamu [bila bǝrduwa deηan dirimu mǝlaηkah bǝrsamamu] Ku yakin tak ada satu pun [ku yakin ta? ada satu pun] Yang mampu merubah rasaku untukmu [yaη mampu mǝrubah rasaku untukmu] Ku ingin engkau selalu [ku iηin ǝηkaw slalu] Tuk jadi milikku [tuk jadi milikku] Ku ingin engkau mampu [ku iηin ǝηkaw mampu] Ku ingin engkau selalu bisa [ku iηin ǝηkaw sǝlalu bisa] Temani diriku sampai akhir hayatmu [tǝmani diriku sampaiy a?hir hayatmu] Meskipun itu hanya terucap [mǝskipun itu haña tǝrucap] Dari mulutmu oooh dari dirimu [dari mulutmu oooh dari dirimu] Yang terlanjur mampu bahagiakan aku [yaη tǝrlanjur mampu bahagiyakan aku] Hingga ujung waktuku selalu [hiηga ujuη waktuku sǝlalu] Mungkin aku terlanjur [muηkin aku tǝrlanjur] Tak sanggup jauh dari dirimu [ta? saηgup jawuh dari dirimu] Ku ingin engkau selalu [ku iηin ǝηkaw slalu] Jadikan aku [jadikan aku] Ku ingin engkau mampu [ku iηin ǝηkaw mampu] Ku ingin engkau selalu bisa [ku iηin ǝηkaw sǝlalu bisa] Temani diriku sampai akhir hayatmu [tǝmani diriku sampaiy a?hir hayatmu] Meskipun itu hanya terucap [mǝskipun itu haña tǝrucap] Dari mulutmu oooh dari dirimu [dari mulutmu oooh dari dirimu] Yang terlanjur mampu bahagiakan aku [yaη tǝrlanjur mampu bahagiyakan aku] Hingga ujung waktuku selalu [hiηga ujuη waktuku sǝlalu]

Pembaca Berita

Nama : Devi Kusuma Nur Huda NIM : 1102375 Kelas : Dik 1A Halo selamat sore pemirsa, jumpa lagi pada fokus sore ini. Topik utama kita sore ini adalah “Mahasiswa UPI Tewas Dipukuli.” Inilah pemirsa dengan saya Devi dalam fokus sore ini Detik-detik setelah pergantian tahun Andri Wardiansyah (22), mahasiswa tingkat akhir jurusan seni musik Universitas Pendidikan Indonesia, ditemukan tewas di Jalan Cipaganti, tepatnya di samping Rumah Mode Minggu dini hari (1/1) setelah pergantian malam tahun baru. Rekan korban, Bendra Anggrena Swara (20) mengatakan, karena ia cukup dekat dengan Andri, ia tahu malam itu ia manggung di Jatinangor. “Saya tahu Andri manggung di Jatinangor. Namun, sekitar pukul 02.00 dini hari, saya dapat kabar Andri dipukuli. Beberapa saat kemudian setelah saya dapat kabar Andri dipukuli ternyata kabar itu benar. Saat ditelepon ke HP Andri, yang angkat polisi dan setelahnya saya dan Dani langsung ke TKP. Dan melihat Andri sudah tergeletak dengan penuh darah. Namun, Handphone, dompet dan motornya tidak diambil,” ujar Bendra Anggrena Swara (20), rekan Andri saat ditemui di Buah Batu, minggu (1/2). “Andri itu pemain saxophone. Dia nggak punya grup band, cuma sering diminta bantuan sama band. Termasuk waktu manggung di Jatinangor” ujarnya lagi. Saat ditemukan telah tewas, kata Bendra, barang-barang Andri termasuk Handphone, dompet, dan motor sama sekali tidak hilang. “Itu yang bikin aneh. Barang-barang Andri tidak ada yang hilang. Namun yang bikin aneh lagi, yang hilang cuma saxophonenya saja, yang lain tidak hilang.” Menurutnya, jenazah sempat dibawa ke RSHS Bandung kemudian dijemput oleh orangtua Andri menuju Pandeglang.” Jenazahnya tadi siang (Minggu) sudah dibawa ke Pandeglang, soalnya Andri asli Pandeglang dan ngekos di daerah UPI,” ujarnya lagi. Bendra dan rekan-rekan Andri, rencananya Senin (2/2) ini akan menggelar tahlilan di Kampus UPI. Sampai saat ini, belum diketahui modus pembunuhan di malam tahun baru tersebut. Namun, informasi tersebut sudah beredar di group-group Blackberry Messenger. Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Wijonarko, dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (1/2), mengakui adanya mahasiswa UPI bernama Andri yang ditemukan tewas di Jalan Cipaganti. “Kejadian tersebut antara pukul 01.30-02.00. Barang-barang Andri seperti dompet, motor, dan handphone sudah menjadi barang bukti yang kami temukan di sekitar TKP. Namun, berdasarkan pemeriksaan saksi, yang juga rekan korban, barang Andri yang hilang berupa Saxophone,” ujar Wijonarko. Menurutnya, pihak kepolisian telah mengamankan lima orang saksi, dua orang di antaranya rekan korban yang ditemui di lokasi kejadian dan sebagian lagi warga sekitar lokasi kejadian. Berdasarkan pemeriksaan pada saksi yang juga rekan korban, lanjut dia, diketahui bahwa Andri dalam perjalanan pulang menuju kostannya di daerah Setiabudi setelah sebelumnya manggung di Jatinangor. Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) UPI, Suwatno Fachrudin, Andri meninggal lantaran di keroyok sekelompok pemuda di Jalan Cipaganti pada Minggu kemarin. Suwatno mengaku telah berkoordinasi dengan ketua jurusan Seni Musik, pembantu dekan Fakultas Pendidikan dan Bahasa, dan pembantu rektor serta pihak kepolisian untuk mengetahui motif kematian Andri. “Sejauh ini motifnya belum pasti. Wewenang kepolisian untuk menyelidiki hal itu,” katanya. Andri sempat dilarikan ke Rumah Sakit Hasan Sadikin dengan luka tusuk di dada bagian kiri. Suwatno beserta ketua Jurusan Seni Musik, pembantu dekan Fakultas Pendidikan dan Bahasa, dan pembantu rektor serta 150 mahasiswa UPI sempat mendatangi RSHS. “Jenazah Andri sudah dibawa ke Pandeglang (tempat tinggal keluarga Andri) pukul 04.00 kemarin,” ujarnya. Menurutnya, pihaknya akan menjelaskan peristiwa yang menimpa mahasiswanya ini dalam jumpa pers pukul 09.00, Senin (2/1) ini di Kampus UPI. Sekian topik kita sore hari ini. Terima kasih atas perhatian Anda. Selamat sore.

Pidato ASI

Assalamuallaikum Wr. Wb. Didalam Al-Quran surat Luqman, 31:14 Allah berfirman bahwa “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. “ (pilih antara kutipan dan cerita faktual yang bawahnya). Survei menunjukkan, 22% dari kematian bayi akan dicegah hanya dengan kontak kulit dengan kulit serta pemberian ASI segera dalam satu jam pertama. Walaupun perilaku ini sangat penting dan yang paling sehat bagi ibu dan bayi., tetapi hanya 29% ibu meneteki bayi segera setelah melahirkan. Hari ini, saya akan bicara tentang ASI dalam Satu Jam Pertama. Saya percaya, bahwa pemberian ASI dalam satu jam pertama tidak banyak ibu yang mengetahui manfaatnya. Ketertarikan saya pada ASI ini dikarenakan diri saya dalah seorang perempuan dan tentunya saya dan anda sekalian adalah calon ibu. Saya yakin bahwa tidak ada satu pun perempuan di dunia ini yang ingin memiliki anak dengan penyakit diare ketika baru saja dilahirkan, dengan alasan tidak memberikan ASI pada satu jam pertama. Pemberian ASI pada satu jam pertama ini merupakan sebuah kegiatan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Saya mendapatkan informasi ini dari hasil membaca sebuah Koran, setelah saya membacanya hati saya tergugah untuk memberitahukan informasi penting ini kepada seluruh perempuan di dunia, karena saya ingin generasi mendatang yaitu anak-anak kita menjadi anak yang sehat tanpa penyakit sedikitpun. Air susu ibu adalah makanan tunggal dan terbaik yang memenuhi semua tumbuh kembang bayi sampai berusia enam bulan. ASI yang keluar berwarna kuning, mengandung zat-zat penting yang tidak dapat diperoleh dari sumber lain termasuk susu formula. Sebagian zat yang penting bagi bayi hanya dapat diperoleh dari sumber alamiah, yaitu ASI. Bayi yang diberi susu formula pada umur 0-2 bulan akan 12 kali lebih beresiko terjangkit diare dibandingkan bayi yang diberi ASI saja. Susu formula menyebabkan alergi makanan. Susu formula mahal, sehingga hanya dianjurkan bagi sebagian kecil ibu yang benar-benar tidak dapat memberikan ASI. Biaya susu formula per bulan kurang lebih Rp450.000, yaitu lebih besar dari pendapatan sebulan keluarga miskin. Segera menetekkan bayi baru lahir sangat bermanfaat bagi ibu, karena dapat merangsang kontraksi otot rahim sehingga pendarahan pasca melahirkan dapat lebih cepat berhent. Selain itu rahim akan lebih cepat kembali seperti semula. ASI segera juga dapat menumbuhkan rasa sayang antara ibu dan bayi. Kebanyakan ibu setelah melahirkan mempunyai naluri dan keinginan untuk menggendong dan meneteki bayinya. Maksud “ASI segera” adalah bayi dengan naluri dan upayanya sendiri dapat menetek segera dalam waktu satu jam setelah lahir bersamaan dengan kontak dini kulit bayi didada ibu. Bayi dibiarkan setidaknya 60 menit didada ibu sampai dia menyusui. Setelah kelahiran dan tali pusat dipotong, bayi jangan dipisahkan dengan ibu tetapi langsung diletakkan didada ibu dengan kulit bayi menempel pada kulit ibu langsung (maksudnya bayi tidak dibedong atau dibungkus atau dimandikan terlebih dahulu). Bila kulit bayi menempel di kulit ibu setelah kelahiran, dengan diselimuti kain kering dan bersih, akan memberikan kehangatan terbaik bagi bayi. Berarti kehangatan dari bungkus kain atau lampu tidak dibutuhkan. Bila bayi dibiarkan dia akan mencari sendiri puting susu ibunya dan menetek. Bayi mempunyai naluri kuat untuk mencari puting selama satu jam pertama setelah lahir. Jika tidak disusui segera, naluri ini akan terganggu sehingga terjadi komplikasi dalam menyusui. Pemberian makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir dapat membahayakan kesehatan bayi tersebut. Banyak ibu tidak tahu manfaat dari pemberian ASI yang pertama. Sering kali mereka memiliki pemahaman yang tidak benar, misalnya tidak perlu meneteki bayinya karena “ASI belum keluar,” atau karena air susu yang keluar pertama kali dan berwarna kuning adalah kotor atau basi. Kolostrum adalah cairan pertama yang berwarna kuning. Kolostrum akan keluar langsung setelah melahirkan, walaupun jumlahnya sedikit, tapi cukup untuk bayi. Kolostrum akan keluar selama 3-4 hari. Bayi yang menetek langsung akan merangsang produksi ASI selanjutnya, dan mempercepat pengeluaran ASI. Semakin sering bayi berbaring dan menempel langsung dikulit ibu, semakin cepat ASI akan keluar. Dalam satu hari pertama, bayi sebaiknya diletakkan di payudara ibu setidaknya 10 kali atau setiap dua jam sekali. Ada hal lain yang membuat pemberian ASI tertunda misalnya ibu terlalu lelah meneteki bayi setelah melahirkan, enggan meneteki karena masih merasa sakit. Kecuali dalam situasi darurat, ibu yang baru melahirkan mampu meneteki bayinya segera. Meneteki langsung bayinya bermanfaat sekali bagi ibu, karena membantu mencegah pendarahan. Alasan tersebut tidak seharusnya menyebabkan penundaan pemberian ASI yang penting bagi bayi dan juga ibu. Ternyata yang terbaik bagi ibu dan bayi adalah ketika ibu mengetahui manfaat pemberian ASI pada satu jam pertama. Kalau anda ikuti semua petunjuk ini pasca melahirkan, maka anda akan memiliki anak yang sehat. Anda akan merasa bangga dengan kasih sayang yang anda curahkan pada saat pemberian ASI segera selama satu jam pertama. Sebagai kesimpulan, saya ingin menyarikan butir pembahasan dalam pidato saya yaitu bahwa pemberian ASI segera dapat memberikan keuntungan bagi ibu dan bayi, pemberian makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir dapat membahayakan kesehatan bayi, dan banyak ibu tidak tahu manfaat dari pemberian ASI yang pertama. Wassalamuallaikum Wr. Wb.