Jumat, 26 April 2013

Puisi Sederhanaku

CERPEN DAN PUISI LAPORAN diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pembelajaran Berbicara dosen pengampu: Isah Cahyani, Dr., M. Pd. oleh: Devi Kusuma Nur Huda NIM: 1102375 kelas: Dik 2A JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2012 Kategori : Cerpen Tragedi 18 Tahun Genap sudah usiaku 18 tahun. Hati yang berbunga menyambut hari yang bahagia yaitu hari ulang tahunku. Sinar mentari diam-diam menyelinap lewat celah-celah jendela, kicau burung ikut meramaikan suasana pagi yang indah, dan angin pagi mencoba membukakan tirai untuk membangunkanku dari tidur panjangku. Aku belum menyerah, aku masih ingin melanjutkan mimpi indahku dan membayangkan kejutan apa saja yang akan ku dapatkan ketika hari ulang tahunku tiba, dalam impianku. “ayo tiup lilinnya sayang...terus kamu buat permintaan ya....”, ujar ibuku. “baik bu”, ujarku, dalam hati ku berdoa “aku harap ibu selalu ada di sampingku dan kekasihku tidak akan pernah meninggalkanku,aamiin.” Tiba-tiba Ferdana, kekasihku, menghampiriku dan berkata “ini untukmu sayang....” Sebuah hadiah yang sangat ku nantikan, belum sempat ku membukanya tiba-tiba jam wekerku berbunyi dan menunjukkan pukul 09.00, aku segera bangun dan bergegas untuk mandi karena perkuliahan akan dimulai pukul 10.00. Setelah selesai, aku menuju meja makan untuk sarapan dengan harapan akan ada masakan spesial di hari ulang tahunku, kue dan lilin yang berangka 18 yang disiapkan oleh ibuku. Ketika di meja makan, hatiku begitu kecewa, tak ada masakan spesial, kue, atau lilin berangkakan 18, bahkan susu dan roti pun tak ada. Aku mencoba memanggil dan mencari ibu di setiap ruangan, termasuk kamarnya. Tetapi, ibu tidak ada juga. Lalu, ku putuskan untuk membuat makanan sendiri di dapur. Ku buka setiap lemari di dapur dan kulkas untuk mencari bahan makanan, tak ada yang dapat kutemukan disana, mungkin ibu sedang keluar untuk membeli bahan makanan , untuk mempersiapkan kejutan ulang tahunku ketika aku pulang dari kampus nanti, pikirku dengan penuh harap. Waktu menunjukkan pukul 09.30, aku bergegas pergi ke kampus dengan menggunakan motor matic favoritku. Meskipun perut terasa lapar tetapi rasa lapar itu akan terbalas setelah aku pulang dari kampus nanti, karena akan ada kejutan yang disiapkan oleh ibuku nanti, masih dengan pikiran positifku. Hatiku begitu bahagia dan tak sabar menunggu waktu itu tiba. Jalanan seperti biasa macet, sehingga aku harus mengeluaran jurus-jurus F1 ku di jalanan,hhe sedikit narsis, gini-gini juga aku pernah menang dalam balapan motor jalanan dengan teman-teman segengku. Srettt...ban motor maticku sudah memasuki daerah parkir. “hai...vista...” sapa kawan-kawan terhadapku. “hai juga...” jawabku sambil melepaskan helm, sarung tangan, dan jaket. “buru-buru amat!” ujar kawanku. “iya nih, aku duluan ya soalnya udah telat, dosennya kiler,hhe” jawabku sambil bercanda. Aku berlarian menuju kelas, setegah mati aku berlari menaiki tangga karena kelasku berada di lantai paling atas yaitu lantai 7 dan lift khusus untuk dosen saja, tujuannya sih katanya biar mahasiswanya gak manja, tapi kalo kepepet sih ya ada aja mahasiswa yang suka naik lift,hhe. Setelah sampai di depan kelas, hatiku mulai lega karena dosennya belum datang. Seperti biasa, aku selalu duduk paling depan karena jika duduk di belakang aku selalu mengantuk. Ferdan, menghampiriku perlahan dan...yang aku harapkan pun akhirnya terjadi juga, sebuah kado spesial dari orang yang spesial di hari ulang tahunku. Belum sempat ku membuka kado itu, dosen matematika datang, sehingga aku harus menunda untuk membuka kado itu. Sebelumnya, Ferdan membisikkan sesuatu ke telingaku “selamat ulang tahun sayang, love you”. Hatiku berbunga mendengarnya, hatiku ibarat handphone yang terisi penuh oleh baterai cinta Ferdan. Perkuliahan berlangsung dengan lancar dan selesai lebih cepat. Selesai kuliah, aku dan Ferdan berpisah karena Ferdan ada acara manggung di Gazibu dan Ferdan akan mengajakku jalan setelah manggungnya selesai. Setelah Ferdan pergi, Adi, teman SMA ku dan kami satu jurusan tetapi berbeda kelas, menghampiriku dan mengajakku ke suatu tempat. Mataku ditutup sampai aku dan Adi tiba di sebuah tempat yang tidak asing bagiku yaitu di kebun belakang kampus. Penutup mataku di buka, penglihatanku masih samar tetapi setelah beberapa detik...wow...its fantastic! sungguh tempat yang romantis, tempat yang dikelilingi oleh bunga-bunga yang bermekaran, balon-balon yang tergeletak begitu saja di rumput untuk menghiasi jalan yang akan kami lewati, kupu-kupu beterbangan, dan rumput yang hijau dengan peralatan piknik seadanya. Di atas rumput hijau itu terdapat sebuah kue ulang tahun yang berangkakan 18 dan bertuliskan selamat ulang tahun vista, kue itu dikelilingi oleh rekahan bunga yang membentuk hati, ku lihat sepucuk surat yang segaja ditempel di pohon, aku menghampiri pohon itu dan membaca isi surat itu. Sungguh...itu adalah surat cinta teromantis yang pernah ku dapatkan, Ferdan saja tidak pernah memberiku kejutan seromantis ini, dia hanya memberiku sebuah kado, selintas dipikiranku. Ku lirik wajah Adi yang mendadak memerah karena tersipu malu. Setelah ku lirik Adi, Adi mendekatiku dan aku pun mulai gugup, Adi mengajakku untuk meniup lilin di kue ulang tahunku dan memintaku untuk meminta sebuah pengharapan. Setelah meniup lilin dan berdoa, Adi memberiku sebuah kado dan berkata “selamat ulang tahun vista, semoga apa yang kamu inginkan dapat tercapai, aku sayang kamu”. Deg...deg...deg...hatiku mendadak berdebar begitu kencang setelah mendengar ucapan Adi. Aku langsung pamit kepada Adi dan berterima kasih atas kejutan manis yang telah disiapkan Adi sebelumnya. Aku bergegas menuju tempat parkir untuk mengambil motor maticku dan kembali pulang. Di tempat parkir aku bertemu dengan Ferdan. dia menyapaku “kamu kenapa sayang?ko mukanya merah gitu?” “engga apa-apa ko sayang, ini cuma kepanasan aja. Ko kamu masih di kampus yang?katanya ada manggung di Gazibu?” jawabku. “di cancel yang” ujar Ferdan. Tak lama setelah itu, Adi menyusulku untuk memberikan tasku karena tasku tertinggal. Ferdan merasa kaget mengapa tasku bisa ada padanya, tanpa pikir panjang aku mengambil tasku dan langsung pergi meninggalkan mereka. Aku lupa akan satu hal, tak sebaiknya aku meninggalkan mereka berdua karena mereka adalah musuh bebuyutan untuk mendapatkanku. Pikiranku melayang entah berantah menuju alam bawah sadarku, tanpa sadar aku mengendarai motor maticku dengan pandangan kosong dan brakkk...tak sengaja aku menabrak samping motor orang lain ketika pemberhentian di lampu merah, untung saja orang itu baik, sehingga aku bisa lolos dari jeratan hukum. Hatiku mulai tertuju pada ibu, karena sampai sekarang ibu tidak memberikanku kabar. Dengan secepat kilat aku menaikkan kecepatan motor maticku menjadi 80 km/jam dan menuju rumah. Srettt...motor maticku sampai di depan rumah, rumah masih tampak terlihat sepi tetapi aku tetap optimis bahwa ibu sudah menungguku di rumah. Krekkk...pintu rumah mulai ku buka dan aku berlari ke dalam untuk melihat ibu apakah ibu sudah ada di rumah atau belum. Ku lihat jam di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 tetapi ibu belum juga pulang, aku mencoba menelepon ibu tetapi tidak ada jawaban. Jam terus berdetak seperti mengiringi detak jantungku yang semakin gundah hingga akhirnya menunjukkan pukul 18.00 hatiku semakin resah karena tak biasanya ibu pulang sesore ini. Pukul 18.05 ponselku berdering. Dengan segera ku ambil ponsel itu dan ada pesan dari ibu. Secepatnya ku buka pesan dari ibu yang isinya “nak, jemput ibu di taman dekat rumah ya, ibu kecapean bawa barang-barang dan bahan makanan nih” Ku balas pesan ibu “ya bu, vista segera kesana, tunggu ya bu jangan kemana-mana vista cemas cariin ibu dari tadi” Karena tak ingin membuat ibu menunggu lama, aku segera menyalakan motor, sebelum berangkat, ponselku berdering kembali dan ada pesan dari kawanku mengabarkan bahwa Ferdan dan Adi akan balapan motor pukul 22.00 malam nanti dan yang menang akan mendapatkan aku, membaca pesan itu pikiranku kembali gelisah, tetapi tidak menyurutkan niatku untuk menjemput ibu di taman, ku fokuskan pikiranku untuk menjemput ibu. Srettt...aku tiba di taman dalam waktu 10 menit. Setiba di taman, aku melihat 18 lilin yang dinyalakan di sekitar taman yang membentuk angka 18 dengan masakan spesial, kue, dan lilin berangkakan 18, untuk menuju tempat itu aku harus menyebrang dan melewati jalan setapak yang sudah dihiasi lilin. Setelah ku berjalan tujuh langkah, aku melihat ibu yang berdiri sambil membuka tangannya untuk memberikan pelukan hangatnya untukku, aku mulai berlari tanpa menengok kiri kanan jalan sehingga tanpa sengaja aku tertabrak motor dan terseret sejuh 3 meter. Terbayang wajah ibu yang menyaksikan anaknya menjadi korban tabrak lari di hari ulang tahunnya yang ke 18. Dengan segera ibu membawaku ke rumah sakit. Aku masuk ke ruangan IGD karena aku kehilangan banyak sekali darah. Aku diberikan pertolongan dengan cepat oleh dokter. Pengobatan terus berjalan satu jam lamanya. Mendengar kabar tersebut Ferdan dan Adi langsung bergegas ke rumah sakit untuk menjengukku dan menggagalkan aksi balapan motor mereka. Setelah satu jam lamanya aku tersadar dari pingsanku, ku lihat selang oksigen di hidungku, alat infus, dan kantung darah yang dialirkan padaku, lantas aku meminta dokter untuk memanggil ibu. Ibuku masuk ke ruangan IGD dan berkata “sayang...kamu ga apa-apa kan? ayo sayang jangan lemes gini kamu harus kuat, kan ibu udah siapin pesta kejutan ulang tahun buat kamu, jadi kamu harus cepet sembuh ya”. Tak tega ku lihat ibu menangis dihadapanku, aku pun ikut menitikkan air mata dan berkata “ibu...ibu jangan nangis, vista baik-baik aja ko, udah ibu jangan nangis lagi”. Krekkk...ketika itu juga Ferdan dan Adi memasuki ruangan tempat aku dirawat. Hatiku senang campur sebal karena mereka akan melakukan balapan motor hanya demi mendapatkan aku, tetapi aku coba untuk mengendalikan emosiku karena semakin aku emosi kepalaku semakin pusing. “Ferdan, Adi boleh aku minta satu permintaan pada kalian?” tanyaku. “tentu saja, kamu mau minta apa?” jawab Ferdan dan Adi dengan serentak. “kalau aku ga ada tolong jagain ibu aku ya, jangan pernah biarin ibu aku sendiri”, ujarku denga suara parau. “iya tenang aja yang kami pasti jagain ibu kamu ko, yang penting sekarang kamu sembuh dulu ya”, jawab Ferdan. “satu lagi, kalian harus akur kalau aku ga ada ya”, ujarku lagi. “mulai sekarang kami akan selalu akur, kamu jangan khawatir kamu fokus dulu aja sama kesembuhan kamu”, jawab Adi. “ibu makasih ya udah mau siapin kejutan di ulang tahun vista yang ke 18, makasih ibu, maafin vista kalau vista punya salah” ujarku dengan suara yang sangat parau. Ku lihat wajah ibu yang mulai cemas karena suaraku mulai tak terdengar lagi olehnya. Saat itu ku lihat dua cahaya terang yang mengajakku untuk keluar dari tubuhku. Ku coba untuk mengelak demi ibu namun aku tak sanggup untuk melakukan hal itu, maka seketika itu juga ku tutup mataku untuk selama-lamanya. Jeritan ibu yang memanggilku adalah kata terakhir yang ku dengar saat aku mulai meninggalkan tubuhku dan ku lihat ibu beserta Ferdan dan Adi menangis disamping ragaku. Sementara aku pergi bersama dua cahaya itu. Kategori : Cerpen Cintaku Bagai Langit dan Bumi Karya: Devi Kusuma Nur Huda Pagi yang cerah untuk siswa SMA Kartini melakukan foto kelas,tepatnya tanggal 24 September 2010. Murid-murid sangat berantusias untuk melakukan foto kelas, tetapi, seorang siswi yang bernama Vivie tidak mengikuti foto kelas itu. “Hai Guys, sorry nih gue gak bisa ikut foto, ada acara lain, sorry ya.” Begitu bunyi pesan singkat yang Vivie kirimkan kepada salah seorang temannya. Itu semua bohong, Vivie hanya mencari-cari alasan saja, nyatanya Vivie hanya diam di rumah menonton TV, makan, dan bermalas-malasan,tak ada kerjaan yang lebih bermanfaat untuk dia kerjakan. Sore hari tiba, Ketika vivie sedang mencharge ponsel di kamarnya ,tidak disangka-sangka dia mendapatkan pesan dari seorang pria, ,Adi, begitulah tulisan yang tertera pada kontak ponselnya. Dialah pria yang kali pertama menyatakan cinta padanya ketika SMP dulu. Adi begitu perhatian kepada Vivie mulai dari memberikan kado ulang tahun, berkunjung ke rumah Vivie dan membantu mengerjakan tugas yang tidak bisa dilakukan oleh Vivie. Hingga suatu saat Adi pun memberanikan diri untuk menyatakan cinta kepada Vivie melalui sepucuk surat yang beramplopkan merah muda dengan gambar-gambar love didalamnya. “Vie, sebenarnya gue udah lama nyimpen rasa sama loe, sejak kelas 7 dulu...gue selalu perhatiin loe, loe tuh menarik Vie, loe mau gak jadi cewe gue?” itulah isi surat yang Adi berikan kepada Vivie. “Sorry di gue belum mau pacaran dulu, gue pengen fokus belajar, untuk raih cita-cita gue, sorry banget ya.” Begitulah balasan Vivie terhadap surat yang diberikan Adi. Belum genap satu bulan, setiap Vivie melihat Adi berdekatan dengan teman wanita Vivie, Vivie selalu cemburu dan...Vivie begitu cemburu ketika mendengar Adi menjalin hubungan dengan teman wanita Vivie, Sari. Sari adalah teman dekat Vivie dan dia gadis yang cantik, tenar, dan berbeda dengan Vivie. Padahal saat yang bersamaan Vivie sedang membuka hatinya untuk Adi, tetapi tidak disangka Adi begitu mudah melupakan Vivie, itulah pemikiran Vivie pada saat itu. Kecewa, marah, dan enggan untuk melihat batang hidungnya lagi. Sore itu adalah sore yang indah untuk Vivie karena untuk kali kedua Adi menyatakan cintanya kepada Vivie. “Vie udah dua tahun kita pisah, tapi rasa gue sama loe gak pernah berubah, meskipun banyak godaan datang tapi hati gue itu selalu buat loe Vie, suerrr deh, ga bohong. Jadi...mau gak loe jadi pacar gue? Sepi banget Vie hidup gue tanpa Loe ?” Itulah pesan singkat yang dikirmkan Adi kepada Vivie. “Ya, gue mau di.” Itulah balasan yang hendak Vivie kirimkan kepada Adi, tetapi belum sempat dia menekan tombol kirim, terlintas dipikiran Vivie tentang masa lalunya yang kelam. Vivie bingung dan berbagai energi positif serta negatif berkecimpung dipikiran Vivie, namun, dengan mantap Vivie menekan tombol kirim itu dengan alasan ingin mencoba menjalin hubungan dengan Adi. Hari demi hari mereka lewati dengan penuh canda dan tawa. Di tengah perjalanan cinta mereka, hadirlah seorang pria, teman sekelas Vivie, Ferdan. Ferdan selalu bertukar kabar dengan Vivie layaknya Adi kepada Vivie. Hal yang mengejutkan pun terjadi, tiba-tiba Ferdan menyatakan perasannya kepada Vivie disaat Vivie sedang merajut kasih dengan Adi. “Vie, gue mau jujur sama loe, sejak kelas 10 dulu gue sering banget liatin loe, rambut panjang loe dan aura kecantikan loe bikin gue terpikat, loe...mau gak jadi cewe gue?” Itu pesan singkat yang dikirimkan Ferdan kepada Vivie, pesan itu meluncur seperti burung gagak yang bertengger di dahan. Perasaan takut ketahuan Adi dan perasaan resah yang tak berujung membuat perasaan Vivie menjadi tak karuan. Adi yang mengetahui hal itu merasa seperti tersambar kilat yang teramat dahsyat, dan Adi langsung beradu mulut dengan Ferdan lewat pesan singkat dari ponsel Vivie. “Heh...banci berani-beraninya loe nyatain cinta sama cewe gue, loe nantangin gue hah?” singkat Adi kepada Ferdan. Ferdan membalas “sorry gue ga ada maksud gitu sama loe, gue bener-bener ga tau kalo Vivie itu udah punya cowo, tapi gue juga ga bisa bohong klo gue suka sama Vivie.” Hati Adi mulai gerah layak bom yang siap meledak. Tapi, Vivie mencoba untuk menyejukan hati Adi. “Adi...loe tenang aja, hati gue tetep buat loe, ga mungkin gue berpaling dari loe. Gue sayang loe di.” Kata-kata yang cukup ampuh untuk menenangkan hati Adi saat itu. Memang perkataan orang terkasih itu bagai embun pagi yang jatuh menyentuh tanah. Namun, Ferdan tetap bertahan hingga akhirnya Vivie putus pada saat usia hubungan Vivie dengan Adi 4 bulan, sungguh ironis karena mereka putus akibat kesalahpahaman. Waktu terus berjalan. Meskipun Vivie sudah tidak berhubungan dengan Adi tetapi Vivie tetap mengontrol Adi lewat akun facebook. Suatu hari Vivie terkejut ketika melihat status Adi diakun facebook, Adi menjadi berpacaran dengan wanita yang bernama Erly. Padahal Vivie dan Adi baru putus dua bulan yang lalu, tetapi Adi begitu mudahnya melupakan Vivie. Vivie begitu terpukul dan akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Ferdan, tepatnya tanggal 4 Juli 2011, meskipun hati kecil Vivie masih sayang terhadap Adi. Satu bulan berlalu, Vivie masih setengah hati kepada Ferdan. Ferdan mengetahui hal itu dan Ferdan melakukan hal yang tidak senonoh terhadap Vivie yang membuat Vivie memberikan seluruh hatinya kepada Ferdan. Vivie terkejut dan memutuskan untuk tidak menjalin hubungan lagi dengan Ferdan. Tetapi, apalah daya Vivie, dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena jika Vivie memutuskan hubungan dengan Ferdan, itu membuat dirinya mendapatkan julukan wanita murahan, hingga Vivie memutuskan untuk tetap menjalin hubungan dengan Ferdan. Pertemuan demi pertemuan selalu diisi dengan hal yang tidak sepantasnya mereka lakukan, tetapi Vivie tidak bisa berbuat apa-apa karena jika Vivie tidak mau melakukan apa yang diperintahkan oleh Ferdan, maka Ferdan akan nekat untuk bunuh diri. Vivie mencoba untuk bertahan hingga akhir hayatnya karena Ferdan berjanji untuk menikahi Vivie. Satu tahun berlalu, Malam yang indah untuk berselancar di dunia maya, tepatnya akun facebook. Ketika Vivie sedang saling berbalas pesan inbox dengan Ferdan, Vivie menemukan nama seorang wanita di akun facebook Ferdan yang bertama Unex. “Ferdan, Unex itu siapa? Temen loe?” “Bukan siapa-siapa kok Vie, cuma temen doang.” “loe yakin? Ga bohongin gue kan? (Pikir Vivie “temen ko mesra banget?”)” Awalnya Vivie tidak tahu siapa Unex itu, tetapi Vivie mencoba untuk bertanya langsung kepada Unex. “Hai...kenalin gue Vivie, cewenya Ferdan, kalo boleh tau loe ada hubungan apa sama Ferdan?” “Kita Cuma temenan aja ko, ga ada hubungan yang serius, cuma...tiga hari terakhir ini gue cukup deket sama dia, ya...sebut aja hubungan tanpa status atau teman tapi mesra, gue rasa itu cocok buat julukin hubungan gue sama Ferdan.” “Jadi loe suka sama Ferdan?” belum sempat Vivie menekan tombol enter untuk membalas obrolan lewat akun facebook itu Vivie mulai berlinang air mata, Vivie merasa kecewa karena telah dikhianati oleh Ferdan, perasaan Vivie bagaikan bom yang baru saja diledakkan, kemudian Vivie mencoba untuk menahan semua rasa sakitnya itu, dan mulai mengetik balasan kepada Unex. “Ok, gue ngalah, gue ikhlas ngasihin Ferdan sama loe, jaga dia baik-baik, gue harap kalian berjodoh, dan jangan sampai nasib loe sama kaya nasib gue.” Obrolan Vivie dengan Unex berakhir sampai disitu begitu pula hubungan Vivie dengan Ferdan. Walau Ferdan menolak perpisahan dengan Vivie, tetapi Vivie tetap bersikeras untuk memutuskan hubungannya secara sebelah pihak. Setelah berakhirnya hubungan Vivie dengan Ferdan, Vivie memutuskan untuk berhubungan kembali dengan Adi lewat pesan inbox di akun facebook. Kebetulan Adi pada saat itu sedang berstatus lajang. “Vie, gimana hubungan loe sama Ferdan? Lancar?” “Gue sama Ferdan udah putus di, sakit hati gue sama dia, gue dikhianatin, hati gue tuh serasa balon pecah, denger selingkuhan dia ngomong kalo mereka ngejalin hubungan tanpa status.” “Srius loe Vie? Sebenernya...pas gue pacaran sama Erly, itu semua cuma pelarian aja buat ngobatin sakit hati gue gara-gara diputusin loe, gue stres banget Vie, gue ga tau apa yang harus gue lakuin sampe akhirnya gue pacaran sama Erly dan gue tuh serasa jadi babu dia, dia selalu manfaatin gue jadi tukang ojek lah anter sana sini, minta ini itu lah, tapi dia ga pernah ngertiin apa mau gue, sampe akhirnya kita putus. Beda banget sama loe Vie, loe tuh cewe yang paling ngertiin gue, dari dulu sampe sekarang perasaan gue ke loe tetep, malahan nambah, perasaan gue sama loe ga akan pernah ilang Vie meskipun waktu memisahkan kita.” Vivie hanya diam terpaku dengan hati yang berbunga seperti melayang di udara dengan dikelilingi bunga-bunga bermekaran di musim kemarau. Disamping bertukar kabar lewat akun facebook, Adi dan Vivie juga bertukar kabar melalui pesan singkat di ponsel. Ferdan menyesal karena telah menghianati Vivie dan membuat Vivie jatuh hati kembali kepada Adi. Berbagai cara dilakukan oleh Ferdan agar Vivie jatuh hati kembali kepadanya tapi takkan semudah itu perasaan Vivie kembali seperti dulu karena Vivie begitu sakit hati kepadanya. Disamping itu, Adi dan Vivie telah merencanakan untuk pergi bersama ke tempat yang eksotis, tepat disaat Adi berulang tahun, tanggal 3 Agustus, karena itu satu-satunya cara untuk mengetahui perasaan mereka masing-masing. Hari itu adalah hari yang paling menggembirakan untuk mereka karena dapat bertemu untuk kali pertamanya setelah mereka putus hubungan. Pembicaraan singkat saat Adi menjemput Vivie di rumahnya untuk pergi ke tempat yang eksotis itu. “Hai Vie, apa kabar? Loe keliatannya banyak berubah ya.” “Makasih Adi...ga juga ko, gue ya tetep aja gue, ga ada yang berubah sedikit pun dari gue, ya...kecuali umur sih,hhe...Yu kita jalan takutnya keburu siang, kan panas juga dijalannya” Adi dan Vivie bergegas untuk pergi ke tempat yang eksotis yang terletak di daerah Lembang yaitu Tangkuban Parahu. Sebuah tempat yang cukup panas ketika mereka berkunjung ke sana. Tempat itu tterdiri dari tiga kawah dengan asap yang mengepul dari salah satu kawah yang paling besar, kawah ratu, sehingga kami dapat mencium bau belerang yang cukup menyengat. Tidak lupa kami mengabadikannya dalam album kenangan. Walau hanya pertemuan singkat tetapi begitu mengesankan bagi Vivie, berjumpa dengan Adi kesenangan yang takkan pernah terganti, kenangan bersama Adi akan Vivie jaga layaknya intan permata yang takkan tergores sedikit pun. Sampai saat ini, Vivie masih berhubungan dan bertemu dengan Adi, tetapi mereka tidak bisa saling memiliki satu sama lain karena Vivie dipaksa oleh Ferdan untuk kembali padanya dengan alasan Ferdan tidak ingin jika hubungan mereka kandas di tengah jalan. Di samping rumah Vivie, Ferdan dan Vivie berbicara empat mata. “Vie, gue minta maaf, gue khilaf kemarin, sungguh dari hati yang terdalam cintaku hanya padamu Vie, sumpah, maafin gue ya? Gue udah putus ko sama Unex satu hari setelah loe putusin gue, gue hampa Vie, hampa tanpa loe, loe tuh hidup mati gue, gue sayang banget sama loe Vie, Kalo loe ga mau maafin gue, gue bakalan bunuh diri pake silet yang emang udah gue siapin dari rumah, karena jika gue mati gue mau loe liat kematian gue di depan mata loe.” “Apaan sih loe ngancem-ngancem gue aja bisanya, loe mau mati, mati aja, ga peduli gue, pergi loe sana jangan bikin bangke disini.” “Vie...gue serius...gue mohon loe maafin gue ya? (Ferdan berlutut dihadapan Vivie dan mulai menggoreskan silet itu ke tangannya, tetapi Vivie tidak tega melihatnya maka Vivie pun memutuskan untuk menerima Ferdan kembali dan melupakan impiannya untuk bisa bersama dengan Adi).” Dalam hati Vivie berkata “selamat tinggal Adi, maafin gue ga bisa balik lagi sama loe, mungkin cinta kita ibarat langit dan bumi yang ga pernah bisa bersatu. (Vivie sedih dan meneteskan air mata).” “Ferdan cukup, bangun (Vivie memegang pundak Ferdan dan membantu Ferdan untuk berdiri), gue terima loe lagi, sini gue obatin luka loe, yuk kita masuk ke rumah gue dulu (ivie memapah Ferda masuk ke dalam rumah).” Kategori : Puisi Kesepian Karya: Devi Kusuma Nur Huda Pohon menanti hembusan angin agar tahu kabarmu Karang menanti hempasan ombak agar tahu perasaanmu Laut menanti surat kaleng berisi pesanmu Burung berkicau jika kau mendua Hujan menangis jika kau terluka Langit murka jika kau celaka Teringat memori tentang asa Membuka hati tentang rasa, dan Bergetarlah rindu ini Cintaku dirundung kecemasan Sayangku dirundung kegundahan, dan Rinduku dirundung kesepian Aku Padamu Karya: Devi Kusuma Nur Huda Takpernah ku rasakan hati yang kelam Sorot matamu selalu menerangi hatiku Takpernah ku rasakan sunyi dalam keheningan malam Ragamu selalu temani ragaku Indah cintamu selalu melantunkan syair cinta untukku Lembut sayangmu selalu memberikan tanda padaku Manis senyummu selalu mendeburkan hati dan perasaanku Tajam matamu seolah membersitkan kata-kata manja padaku RIWAYAT HIDUP Devi Kusuma Nur Huda dilahirkan di Bandung pada tanggal 26 Februari 1994. Pendidikan yang pernah dijalani adalah SDN Cibeureum XI (1999-2005), SMPN 41 Bandung (2005-2008), dan SMAN 13 Bandung (2008-2011). Pada tahun 2011, ia melanjutkan studi di UPI Bandung pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk mencapai gelar S1. Riwayat organisasi adalah paduan suara Gita Perdana (SMPN 41 Bandung), basket (SMAN 13 Bandung), HIMA SATRASIA (FPBS UPI), Divisi An-Nisa KALAM UPI, dan KSR PMI Unit UPI. Saat ini ia tinggal di Jalan Babakan Cibeureum 158 RT 06/RW 01, Kelurahan Campaka, Kecamatan Andir, 40184, Bandung, Jawa Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar